Rabu, 16 Mei 2012

RESUME MATA KULIAH TAOISME DAN KONFUISME



RESUME MATA KULIAH  TAOISME DAN KONFUISME (12 BAB)
Oleh : Zaimah Imamatul Baroroh
1110032100023
PA/4/a
BAB I
Sejarah Perkembangan Agama Tao
1. Macam-macam Pengertian Tao
  1. Tao diartikan sebagai “jalan” dari kenyataan terakhir. Menurut bahasa Tao adalah jalan, cara, akal. Maksud dari jalan terakhir adalah Tao dapat dirasakan melalui kesadaran mistik, bukan melalui kata semata, yang berada di luar jangkauan manusia.
  2. Tao diartikan sebagai jalan alam semesta yaitu kaidah, irama, dan kekuatan dari semua yang ada atau di sebut dengan hukum alam.
  3. Tao sebagai agama suatu petunjuk (cara manusia dalam menata hidupnya, agar manusia selaras dengan alam semesta)
  4. Tao sebagai filsafat : yakni Tao yang tidak dapat dijelaskan
2.      Sejarah awal Tao
Taoisme adalah agama yang selalu mengalami perkembangan dan evolusi, sehingga selain sulit untuk menentukan waktu kelahirannya, juga sulit untuk menentukan batas-batasnya. Sebenarnya praktek Tao telah terjadi sejak dulu. Tapi pada umumnya Agama Tao diyakini : Berasal dari Kaisar Kuning (Wang Di) dan dikembangkan oleh Lao Tse dengan kitabnya yang terkenal yaitu Tao Te Ching yang menjadi kitab terbesar sekaligus sebagai pedoman bagi Umat Tao untuk menjalankan ajara0ajaran agama Tao.
Awalnya Taoisme adalah sebatas ajaran dan faham kefilsafatan namun pada masa Zhang Daoling yang hidup pada masa Dinasti Han Timur Taoisme telah menjelma menjadi suatu agama yang terorganisasi.

BAB II
Riwayat Hidup Lao Tze dan Kitab Suci Agama Tao

Sejarah mengenai Lao Tzu pertama kali diketahui lewat Ssu-ma Ch’ien, seorang sejarawan cina, yang menuliskan biografi Lao Tzu dalam bukunya “Records of the Historian” (shi-chi) pada 100 SM. Dalam buku tersebut dikisahkan diri Lao Tzu secara sederhana karena selama menjalani ajarannya ia hidup menyepi dari dunia yang membuat namanya tidak terlalu dikenal oleh masyarakat luas pada waktu itu. Kehidupan pribadi Lao Tzu memang dipenuhi dengan misteri. Ini dikarenakan ia tengah menghidupi jalan Tao yang membuatnya harus menyingkir dari dunia dan bersatu dengan alam. Ia sama sekali tidak meninggalkan jejak yang jelas. Hanya buku Tao Te Ching saja yang bisa diketahui dengan pasti. Maka, banyak sejarawan dan filsuf menuliskan biografi Lao Tzu sesuai dengan apa yang mereka temukan. Dalam tulisan ini, kita akan berfokus pada tulisan Ssu-ma Ch’ien tanpa bermaksud menghilangkan tulisan para ahli lainnya.

Ssu-ma Ch’ien menuliskan bahwa Lao Tzu diperkirakan lahir pada 600 atau 400 SM di sebuah negara bagian Ch’u, di kabupaten (district) K’u, kecamatan (county) Li, dan Desa (hamlet) Ch’ü-jen . Nama keluarga Lao Tzu adalah Li sedangkan namanya sendiri adalah Erh. Ia juga mempunyai sebutan atau gelar yaitu Tan. Ssu-ma Ch’ien sendiri merasa kurang yakin apakah Lao Tan yang legendaris adalah tokoh yang sama dengan Lao Tzu sang penulis Tao Te Ching . Umur Lao Tzu menurut Ssu-ma Ch-ien mungkin sekitar 150 tahun, namun beberapa orang mengatakan bahwa ia hidup hingga 200 tahun lebih. Usia yang sangat panjang ini diakui dan dipercaya dapat dicapai olehnya mengingat ia hidup di jalan Tao sebagai prinsip dasar hidupnya.

Ssu-ma Ch’ien dalam bukunya juga mengkaitkan Lao Tzu dengan dua nama yang identifikasinya kurang lebih sama. Mereka adalah Lao-Lai Tzu , seorang Taois yang diperkirakan pernah dikunjungi oleh Konfusius, dan Lao Tan , seorang ahli astronomi. Ketiga nama yang berbeda ini, menurut Ssu-ma Ch-ien, adalah satu orang yang sama. Nama Lao Tzu dalam buku Ch-ien memang penuh dengan misteri yang di kemudian hari akan selalu menjadi diskusi yang tidak pernah selesai. Dalam skripsi ini, penulis tidak menaruh perhatian lebih dengan perbedaan-perbedaan ini dan hanya akan lebih fokus pada hakekat manusia menurut Lao Tzu.

Menurut Ssu-ma Ch-ien, Lao Tzu dan Lao Lai Tzu adalah orang yang sama, meskipun beberapa ahli menganggapnya berbeda. Ia mengisahkan bahwa Lao Lai Tzu pernah dikunjungi oleh Konfusius. Setelah kunjungan tersebut, Konfusius mendapatkan pemahaman darinya tentang kehidupan yang lepas dari keangkuhan dan kemewahan duniawi semata saja. Ia pernah menasehati Konfusius untuk pensiun dari pekerjaannya di kerajaan. Lao Tzu juga disebut sebagai seorang tua, yang biasa membawa sekeranjang rumput liar. Sebutannya seperti itu sering dikaitkan dengan asal kata namanya, yaitu Lao yang berarti orang tua dan Lai berarti merumput. Sedangkan mengenai Lao Tan, para ahli sampai sekarang ini masih belum sepakat apakah Lao Tzu dan Tan adalah orang yang sama atau bukan. Hal ini diketahui dari sejarah yang menceritakan Tan yang mengunjungi Pangeran Hsien dari Ch’in pada 374 SM. Beberapa ahli sejarah menyatakan Tan adalah Lao Tzu, namun ada juga yang menyangkal pernyataan ini. Dalam tulisan ini, tokoh Tan dimasukan karena masuk dalam penelitian Ssu-ma Ch-ien.

Semasa mudanya, Lao Tzu pernah bertugas sebagai seorang pegawai kerajaan pada masa Dinasti Chou (1111-255 SM) di sebuah kantor penyimpanan dokumen-dokumen dan surat-surat kuno dan bersejarah. Dengan diterimanya di kantor seperti itu, dapat dipastikan kalau Lao Tzu merupakan seorang yang ahli dalam ilmu astrologi dan peramalan. Ia pun bertanggung jawab terhadap buku-buku suci dan rahasia. Dalam masa kerjanya, ia sudah mempraktekkan sebuah jalan hidup, yang kemudian dikenal sebagai aliran Taoisme. Keutamaannya merupakan buah dari refleksi hidupnya selama berada di dalam perpustakaan dokumen penting tersebut. Ia menekankan sebuah kehidupan yang jauh dari keinginan diri atau hasrat semata yaitu suatu kehidupan yang murni dan bersih. Pengetahuan seperti ini ia dapat dari pengalaman hidupnya yang kental dengan suasana kerjanya yaitu menekuni dokumen dan surat kuno. Ia ingin mengajak manusia kembali menghidupi Tao.

Dalam masa pensiunnya, ia mempraktekkan prinsip jalan dan keutamaan tersebut. Ia semakin menjalankannya secara radikal yaitu dengan menjauh dari dunia dan hidup di hutan. Lewat usahanya tersebut, ia dapat hidup panjang dan ini merupakan buah dari usahanya menjalankan prinsip-prinsip kehidupan yang dibuatnya. Jalan Tao muncul karena suatu protes terhadap manusia yang sangat peduli pada dirinya sendiri, yang menurut Lao Tzu merusak dirinya sendiri. Contoh yang paling konkrit pada masa itu adalah perang. Perang sangat dibenci Lao Tzu karena perang sangat mementingkan diri penguasa saja. Rakyat dengan perang menjadi semakin tepuruk dan menderita. Tidak ada kebahagiaan dan kedamaian yang didapat dari peperangan.

Manusia memang harus menemukan kebahagiaan, bukan kesuksesan. Ini didiapat dengan mengikuti jalan Tao, bersatu dalam gerak Tao. Ssu-ma Ch’ien mengatakan bahwa Lao Tzu dalam hidup di jalan Tao juga merupakan seorang pribadi yang sangat asketis. Ia hidup menyendiri terpisah dari dunia yang ramai, mungkin di dalam gua, dengan menekankan prinsip hidup wu wei, yaitu kesederhanaan, penuh kedamaian, ketenangan batin, dan kemurnian pikiran atau budi.

Menurut Lao Tzu, hidup mengikuti dunia dan berusaha memperbaikinya merupakan suatu penurunan atau kemunduran kehidupan. Ia menyatakan bahwa praktek hidup dalam jalannya bisa membantu memperbaiki kehidupan manusia di dunia ini. Maka ketika ia hendak pensiun, ia mengungkapkan praktek hidupnya tersebut di atas kertas sebanyak 5000-an kata. Usaha ini sebenarnya dibuat atas permintaan Yin-hsi, seorang penjaga gerbang. Ide yang tertuang dalam satu buku tersebut yang kemudian dipisah menjadi dua bagian, yaitu jalan (Tao) dan daya hidup (Te), yang merupakan refleksi Lao Tzu mengenai kehidupan dan cara menanggapi kehidupan tersebut. Buku ini kemudian dikenal dengan kitab Tao Te Ching. Isi kitab ini berupa prinsip-prinsip dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia agar tetap selaras dengan sesama dan alam.

Lao Tzu, secara psikologis, mengembangkan jalan Tao ini dikarenakan ia berkembang dalam dunia yang lemah dan tak berdaya. Lingkungan daerahnya yang miskin dan kecil mendasarkan ajarannya untuk bersikap lembut dan selaras dengan alam. Ia tidak mengajak pengikutnya untuk mampu mengintrospeksi diri dan kemudian memperbaiki apa yang telah diperbuatnya. Ia juga tidak mengajak orang untuk berjuang meraih impian di masa depan. Kesatuan dan keselarasan dengan alam adalah tujuannya. Dalam kesatuan tersebut kebahagiaan akan ditemukan.

Solusi yang digunakan Lao Tzu dalam memperbaiki negara adalah menghindar dari struktur pemerintahan karena oknum-oknum dalam dinastilah sumber utama ketidakberesan. Merekalah yang menciptakan adanya peperangan. Menurutnya jalan hidup sederhana ini adalah solusi tepat agar dinasti bisa maju dan berkembang dengan saling menghargai dan menghargai martabat manusia. Pada waktu buku Tao Te Ching ini ditulis, Dinasti Chou memang sedang mengalami masa kemunduran. Jika dinasti ingin terus bangkit, dinasti harus mengurangi peranannya dalam masyarakat. Dinasti tidak boleh terlalu ikut campur. Biarkan saja segalanya berjalan seperti adanya.

Nama Lao Tzu sebagai pribadi selalu dikenang sepanjang masa. Para konfusianis mengenangnya sebagai seorang filsuf yang dihormati, di mana Konfusius sendiri juga mengaguminya dan mengkonotasikannya seperti seekor naga yang dengan lihai terbang menembus awan dan angin. Masyarakat luas juga mengenangnya sebagai seorang suci atau dewa. Para Taoist sendiri menyatakan bahwa Lao Tzu adalah emanasi dari Tao.

GAGASAN-GAGASAN LAO TZU
Gagasan-gasan serta ide-ide Lao Tsu semuanya tertuang dalam karyanya ang dikenal dengan nama Tao-te-ching yang juga merupakan kitab terbesar Agama Tao. Isi kitab Tao-te-ching sendiri beberapa akan di bahas pada pembahasan selanjutnya (kitab suci agama Tao).
Dan diantara Ide-ide Lao tzu bias di contohkan yakni konsep tentang Wu- Wei dan Yin Yang.
Kitab suci Agama Tao
¢  Tao-te-ching
Kitab iini di tulis lao-tzu pada  abad ke 6 SM. Ada yang menyebutkan bahwa kitab ini muncul pada  pertengahan abad ketiga sebelum masehi. Pendapat ini di ajukan oleh sejarawan besar china, Ssu-ma Ch’ien di dalam karyanya shih-chi (laporan-laporan historis) yang menulis sekitar tahun 100 SM. Menurutnya, kitab ini ditulis pada masa dinastiChou yang berkuasa mulai kira-kira 1111 SM dan berakhir pada 255 SM. Sedang menurut sejarawan modern, kitab ini mulai di kenal pada masa dinasti Han yang mulai berkuasa pada 206 SM hingga 220 M.
Kitab ini dapat di bagi menjadi dua bagian. Bagiab yang pertama menjelaskan tentang Tao yangdi yakini ada dimana-mana dan asal mula dari segala sesuatu yang ada di ala mini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa tao tidak dapat dibayangkan dantidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sedangkan bagian kedua dari kitab tersebut adalah membicarakan tentang te yaitu daya atau kekuatan yang diperoleh dengan mengikuti Tao. Secara keseluruhan kitab ini terdiri dari 82 bab.
¢  Chuang-Tzu
Chaung-tzudiang anggap para ahli sebagai karya edua dari filsafat Taoisme. Kitab ini diberi nama oleh pengarangnya pada abad ke4 SM, Zhuangzi (guru Zhuang), dan nama lain untuk Zhuangzi adlah Zhuang-zho.
Pemikiran Zhuangzi yang tertuang didalam kitabnya (yang juga disebut kitab Zhuangzi atau Chuang-tzu) ditulis dalam 7 bab, sedangkan pemikiran yang lain ditulis sebanyak 26 bab yang barangkali karya dari murid-muridnya yang sangat cerdas dan sangat bijaksana
Kitab ini lebih banyak diperuntukan untuk rakyat jelata sebagai pedoman hidup mereka, ketimbang para penguasa. Zhuangzi yang juga di kenal sebagai nama pnulisnya, dikenal sebagai tokoh yang senag mewujudkan Tao yang tidak terbatas dalam dirinnya. Guna untuk mempertahannkan nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup ini. Dia melihat realitas alam dan menggambarkan alam sebagai sesuatu yang tidak terbatas atau kekal yang ada di ala mini dengan cara berbeda-beda. Dia juga melihat bahwa perubaha-perubahan yang trejadi dalam hidup ini dan juga dalam kematian sebagai perpaduan dengan tao atau tidak terlepas dari unsure Tao. Kitab ini juga berbicara tentang keabadian dan kekekalan hidup.
¢  Liezi
Kitab lezi atau lieh-tzu, dianggap sebagai kumpulan cerita-cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat, kitab ini juga berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 SM sampai 300 M). dalam karya yang aslinay, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian di dapatkan menjadi 8 bagian yang kita jumpai saat ini. Lebih kurang 100 tahun kitab ini tiak mendapat perhatian dari pengikit agama Tao, sebagaimana kitab Tao-te-ching dan Chuang-tzu. Ajaran-ajaran dalam kitab ini ndi anggap hanya untuk memahami agama Tao pada masa negri-negri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han.

BAB III
Filsafat Yin yang
  1. A.     Filsafat Yin Yang

Dalam perubahan terdapat Awal Utama Agung (Tai Chi). Awal ini menghasilkan dua daya utama. Kedua daya utama menghasilkan empat citra. Empat citra menghasilkan delapan trigram.” (I Ching, Bab 11 dalam Liu 1986, 24)

Fondasi pemikiran masyarakat China adalah kepercayaan pada alam semesta kosmis yang tunggal, suatu Ketunggalan yang tanpa awal atau akhir. Filsafat yang lebih tua daripada aliran filsafat China manapun adalah berbagai kepercayaan mendasar yang membantu orang China memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan dunia:
pada awalnya, dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut Wu Chi. Kehampaan ini digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk oleh garis putus-putus. Dari kehampaan ini, muncullah kegiatan yang diekspresikan sebagai Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan ketidakgiatan dalam bentuk lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi di antara kegiatan dan ketidakgiatan ini disebut tai chi, yang diperlihatkan sebagai lingkaran Yin-Yang, setengah hitam dan setengah putih.
Dari alam semesta kosmis yang luas dan misterius, Yang Esa, semuanya berkembang. Ketika terwujud di dunia, Ketunggalan ini terbagi dua: Yin dan Yang. Dua hal yang bertentangan yang dinamis ini digambarkan dengan garis putus (untuk Yin) dan garis lurus (untuk Yang).
Terdapat empat cara yang dapat digunakan untuk mengatur garis-garis ini secara berpasangan: dua garis lurus, dua garis putus, satu garis lurus diatas garis putus, dan satu garis putus diatas satu garis lurus.
Yin-Yang menghasilkan suatu keseimbangan dinamis antara daya gerak dan sikap diam, antara keaktifan dan kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke pusatnya. Kesatuan dari hal-hal yang bertentangan pun berkembang. Dalam banyak penerapan Taoisme, kesatuan ini menjadi sumber tuntunan, menjadi tolok ukur, menjadi standar untuk mengevaluasi kebenaran ketika akal budi dikerahkan dalam segala hal.
Yin dan Yang mewakili dua kekuatan mendasar yang membuat dan menyelaraskan Semesta. Yin adalah sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di lembah. Yin (secara harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang (secara harfiah yaitu tempat yang terang atau cerah) adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung. Yin dan yang inilah yang membuat alam menjadi harmonis dan baik. Yin mengandung sifat-sifat : diam, beku, padat, gelap, betina, dingin, lembut dan sebagainya. Sedang Yang mengandung sifat-sifat : gerak, cair, terang, jantan, panas dan sebagainya. Sifat Yin berlawanan dengan sifat Yang. Namun, perpaduannya merupakan suatu keharusan untuk alam ini agar berfungsi dengan harmonis. Perpaduan Yin dan Yang merupakan syarat berlangsungnya dunia dan isinya.
B.     Yin dan Yang dalam Hubungan
Yin dan Yang bergabung Ketika keduanya diterima sebagai kebenaran Larut menjadi suatu sintesis Menjadi ketunggalan yang tidak terbatas yaitu: Anda!
(C. Alexander Simpkins)
Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah suatu pengertian fundamental tentang realitas. Kita mencakupkan hubungan ini dalam pengertian tentang orang lain, benda, dan peristiwa.
Lima Unsur

Segala sesuatu yang kita jumpai terdiri dari lima unsure yang dipercayai orang China sebagai dasar kehidupan: air, kayu, logam, tanah, dan api. Karena mereka menganggap bahwa keseluruhan alam semesta terus-menerus berubah dan selalu berganti, maka unsure-unsur pun selalu berganti melalui interaksi satu sama lain. Sejumlah interaksi bersifat saling melengkapi, tetapi ada pula yang saling bertentangan. Misalnya, kayu menghasilkan api sehingga keduanya saling melengkapi. Sedangkan air menyingkirkan api, sehingga kedua unsur ini menjadi pasangan yang saling bertentangan. Kalau kita menyimak dunia di sekitar kita, maka kita akan menyaksikan bagaimana unsure-unsur berubah. Kita dapat mengamati daur yang destruktif, sebagai contoh: ketika air menguap atau kayu yang membusuk. Tetapi sebaliknya, terjadi daur yang regenerative, misalnya: ketika air mengembun dan pepohonan baru tumbuh. Orang China percaya bahwa benda memang ada, tetapi keberadaan itu dibatasi waktu di dalam daur perubahan yang tidak terelakkan.[8]
Sebuah model alternative, model ini selalu dikombinasikan dengan Yang dan Yin yang didasarkan pada Wuxing, suatu  pengertian dengan berbagai cara yang diterjemahkan sebagai lima elemen atau lima bagian, lima agen, lima fase atau tahap, atau lima kualitas operasional. kayu, api, tanah, logam, dan air: Wuxing berhubungan dengan lima pengertian, lima organ dalam, lima suara, lima warna, lima kebaikan, dan lima hubungan. 
ü  mereka (Yang dan Yin) mengontrol petunjuk (Timur, Barat, Utara, Selatan dan Tengah)
ü  mereka (Yang dan Yin) melahirkan yang lainnya atau yang ada di alam ini : kayu menghidupkan api, api menghidupkan bumi, bumi menghidupkan logam, dan logam menghidupkan air.
ü  mereka juga mengontrol semua yang ada di bumi : air mengontrol api, api mengontrol logam, logam mengontrol bumi, bumi mengontrol air.
Uraian pola yang lebih banyak lagi terdapat dalam delapan trigram dan 66 heksagram dari perubahan-perubahan klasik dan 10 cabang yang amat menyenangkan (kesurgaan) dan 12 batang (dahan) keduniaan yang dipergunakan untuk perhitungan dan menghitung ramalan.
Terdapat dalam unsure alam yang baik tersebut atau cerminan dari unsure yang tapi bersifat tidak nyata, ialah roh-roh leluhur, roh-roh selain leluhur, dan dewa-dewa, seperti dewa bumi, Tso Chun (dewa dapur), dewi Kwan Im, atau Guan Yin, dewa Kwan Kong atau Guan Gong, Tin Haw dan lain-lain yang menjadi pelindung hidup orang Cina, dan selalu di puja. Dari semua dewa ini, Kwan Im dianggap sebagai tokoh buddha, Kwan Kong dianggap sebagai tokoh konfusius dan Tin Haw dianggap sebagai dewi tao.  Semua roh dan dewa yang disebutkan diatas dikelompokkan oleh orang cina sebagai Shen yang dapat diartikan sebagai roh atau jiwa. sedangkan unsure alam yang tidak baik merupakan cerminan dari unsure Yin yang bersifat tidak nyata ialah Kwei yang juga dikenal sebagai hantu-hantu atau siluman.
Berdasarkan keyakinan orang China, salah satu cara untuk menghindarkan manusia dari pengaruh tidak baik yang datang dari roh-roh leluhur adalah memakamkan orang tuanya atau leluhur mereka sesuai dengan aturan-aturan ilmu feng shui yaitu dimulai dari menentukan tempat pemakaman, melakukan pemujaan  leluhur dan memberikan kebutuhan-kebutuhan oleh leluhur. Dapat juga dengan menempatkan bhaat gwa (sebuah kaca atau gambar yang memiliki delapan sisi dan setiap sisi mewakili arah mata angin) di tempat-tempet yang dianggap oleh ahli feng shui memiliki pengaruh jahat, seperti di atas pintu dan juga menggunakan phu atau jimat yang mereka dapar dari loya atau dukun ataupun dari ahli feng shui.

BAB IV
Filsafat Wu Wei
Salah satu ajaran dan pemikiran Lao Tse selanjutnya yakni ajaran tentang  Filsafat Wu Wei, jika diartikan secara kasat mata wu wie disini berarti tidak bergerak/ tidak bertindak (no action) tetapi dalam penerapannya umat tao bukan berarti tidak bertindak tapi yang lebih tepatnya adalah melakukan sesuatu tanpa disadari (terbiasa), artinya yakni setiap umat tao yang mengamalkan filsafat wu weu mereka akan bertindak dengan ikhlas dan tidak dibuat-buat sehingga mereka merasa tidak berbuat.
Dalam pemerintahan filsafat wu wei juga di praktekkan, dalam taoisme pemerintahan yang baik digambarkan dalam sajak “ pemerintahan yang berhasil adalah manakala rakyat tidak mengetahui adanya kepala pemerintah” singkatnya seperti itu, sajak tersebut mengandung arti bahwa menurut Taoisme pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang tidak banyak aturan yang membuat rakyat tidak bebas bergerak dan berekspresi. Bukan berarti pemerintah tidak berbuat sesuatu melainkan pemerintah hanya sebagai pengawas rakyat dan sebagai penyedia sarana yang dibutuhkan rakyat untuk mengekspresikan kreatifitasnya. Begitulah praktek Wu wei dalam pemerintahan.
BAB V
Aspek-Aspek Ketuhanan dan manusia Dalam Agama Tao
Di dalam taoisme, ketuhanan terwujud dalam berbagai cara. Dalam pengertian, semua penciptaan yang ada di alam ini adalah suatu wujud dari ungkapan tentang Tuhan atau menggambarkan tentang keberadaan Tuhan. Dalam agama tao dikenal banyak dewa-dewa dan roh-roh yang mendiami alam ini, pertama ada unsur ketuhanan yang terwujud dari energi asal. Kemudian ada dewa yang menciptakan dunia.
Dalam taoisme, tao atau jalan menjadi prinsip alam yang menyatu dengan alam dan berada di atas segala sesuatu yang ada di alam ini. Tao melengkapi setiap penciptaannya dengan de atau te nya atau kekuatan khususnya, terutama setelah proses penciptaan itu sendiri terjadi barulah kekuatan itu diberikan.
Tao dikenal dalam dunia manusia  melalui dewa-dewa dan orang-orang yang dianggap setengah dewa yang menjelma dalam diri manusia sepanjang masa. Dalam agama Tao, dewa-dewa diartikan sebagai administrator dan birokrat yang dapat berbuat sesuatu jika mereka mau. Para pengikut Tao mamuja dewa-dewa yang meliputi dewa-dewa bintang dan dewa-dewa pencipta alam, seperti sungai-sungai yang penting dan gunung-guung yang suci. Dalam agama Tao juga ada tokoh-tokoh yang diyakini banyak orang berasal dari langit, mereka murni dan tidak tersentuh atas penciptaan dunia
Konsep Mengenai Manusia dan Masyarakat
Menurut agama tao manusia adalah bagian dari alam, semua yang dilakukan manusia akan menyebabkan perubahan untuk alam maka dari itu tao selalu menganjurkan pada  manusia agar selaras dengan alam.
Manusia sempurna telah menyamakan irama hidupnya sedemikian sempurna dengan irama daya-daya alam sehinmgga dia menjadi tak-terbedakan darinya dan memiliki kekekalan dan keterbatasan yang melampaui siklus kehidupan dan kematian orang biasa. Kaum Tao berpendapat bahwa agar manusia bisa tetap bisa bertahan hidup maka harus bisa menyesuaikan diri dan menjaga keharmonisan dengan Alam.
Begitu juga hubungan manusia dengan tuhan dan dewa, Karena keterbatasan panca indera, kadang manusia merasa ‘Tidak Berdaya’ menghadapi berbagai peristiwa alam seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain. Manusia sadar akan keterbatasan dirinya. Maka mulailah manusia ‘Mencari Perlindungan’ kepada sosok ‘Penguasa Alam’. Mulailah dilakukan berbagai pemujaan dan persembahyangan untuk memohon perlindungan. Semakin lama semakin tertata seiring dengan perkembangan budaya
Hubungan manusia dengan masyarakat tergambar dengan tradisi-tradisi yang mereka ciptakan seiring perkembangan peradaban maka mulailah menusia menyusun aturan aturan dalam kelompok masyarakat yang bertujuan untuk menata kehidupan mereka. Dengan keidupan pribadinya kecerdasan dan akal budi yang dimiliki manusia sangat berperan penting. Dengan itu  secara otomatis muncul sosok-sosok cerdik pandai yang berpikir tentang hal-hal yang berada diluar jangkauan panca indera dan berada diluar kendali. Dari itu umat Tao bias berfikir untuk berusaha menata hidup dan bertahan hidup serta meningkatkan kualitas hidup mereka.





BAB VI
Praktik Tao : Fengshui
A.    Sejarah Feng Shui

    Ilmu Feng Shui yang kita kenal saat ini merupakan sebuah metamorfosis yang telah ada sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tampaknya ilmu ini telah mengalami perubahan yang begitu besar jika kita lihat dari perkembangan zaman ke zaman. Berikut ini, kami berikan informasi sejarah perkembangan ilmu Feng Shui di Tiongkok yang telah diselidiki oleh para pakar sejarahwan kita dari jaman ke jaman :
1. Sebelum dinasti Qin - masa pembentukan (abad 16 - abad 2 sebelum Masehi)
2. Dinasti Qin dan Han - masa perkembangan (abad 2 SM - abad 2 Masehi)
3. Dinasti Wei dan Jin - Istilah Feng Shui dibentuk (abad 2 - abad 4 Masehi)
4. Dinasti Sui, Tang, dan 5 dinasti - penyebaran ilmu Feng Shui di seluruh wilayah Tiongkok (abad 4 - abad 9 Masehi)
5. Dinasti Song - masa keemasan Feng Shui (abad 9 - abad 12 Masehi)
6. Dinasti Yuan - masa kehilangan ilmu Feng Shui (abad 12 - abad 13 Masehi)
 7. Dinasti Ming dan Qing - Ilmu Feng Shui dipelajari oleh orang awam (abad 13 - 19 Masehi)
8. Berdirinya RRC - Ilmu Feng Shui dipelajari di seluruh dunia (abad 19 - sekarang)
B.     Pengertian Feng Shui
Kata Feng Shui sendiri berasal dari gabungan kata Feng yang berarti angin (arah) dan Shui yang berarti air (tempat). Jika dianalisa dari kata Feng Shui, maka kemungkinan besar ilmu ini sudah ada dan berkembang bahkan sebelum bangsa Tiongkok kuno mengenal kompas, dimana penentuan kondisi suatu tempat yang baik pada mulanya hanya melihat perpaduan unsur air dan angin saja.
Logika dasar dari Feng Shui itu singkatnya sebagai
     Alam ini adalah susunan gabungan unsur-unsur yang berada dalam suatu dimensi ruang dan waktu yang terus berubah, karena adanya energi yang saling bereaksi satu sama lain secara alami menuju keseimbangan. Manusia yang hidup di alam (bumi) ini pun mempunyai energi. Jika seseorang tinggal di suatu tempat yang mempunyai energi baik serta perpaduan unsur yang cocok maka orang itu akan mendapat pengaruh yang baik, begitu pula sebaliknya. Hal demikian berlaku juga untuk kuburan, tetapi yang mendapat pengaruh dari kuburan (orang yang dikubur) adalah anak-anaknya karena mempunyai hubungan dan unsur genetik yang sama.
Macam-macam Feng Shui
1.      Feng Shui Kuburan
Dalam Feng Shui kuburan hal-hal yang diperhatikan antara lain: Naga - Liang - Gundukan - Air - Arah. Selain itu bentuk kuburan, batu nisan, waktu penguburan juga diperhitungkan. Baik buruknya Feng Shui kuburan itu biasanya akan langsung terlihat dalam tempo satu tahun berpengaruh pada keturunan laki-laki. Biasanya orang pantang untuk merubah-rubah kuburan, jika kuburan itu sudah dianggap baik atau minimal tidak buruk. Tetapi jika ada tanda-tanda atau pengaruh buruk terasa, maka secepatnya kuburan akan diperiksa lagi (tentunya oleh ahli Feng Shui) dan jika memungkinkan diperbaiki supaya pengaruh buruk tersebut hilang atau bahkan berubah jadi baik. Dijaman sekarang penerapan Feng Shui kuburan secara sempurna sudah relatif sulit karena perkembangan jaman yang ada serta lingkungan alamnya.
2. Feng Shui Rumah Tangga
Dalam Feng Shui rumah / bangunan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: pencahayaan, sirkulasi udara, keindahan, aspek keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan warna (masalah psikologi). Tentunya arah, bentuk dan lokasi tanah serta rumah / bangunan itu haruslah baik dan sesuai fungsinya sebagai langkah awal. Selain itu sehubungan dengan Feng Shui rumah juga dikenal berbagai benda / bentuk tertentu yang sering digunakan sebagai atribut pelengkap sebuah rumah seperti misalnya: kaca cermin cekung atau cembung, dll. Benda-benda tersebut sebenarnya adalah atribut dari Tao yang mungkin sudah jarang dipakai di rumah / bangunan modern dewasa ini, tetapi tidak jarang bentuk-bentuk yang mewakili benda-benda tersebut tetap dipakai untuk maksud mendatangkan kebaikan atau menolak hal-hal yang negatif.

BAB VII
Agama Tao di China dan Indonesia Dewasa Ini
Agama Tao di China dewasa ini
Taoisme sebagai organisasi keagamaan muncul di Cina pada abad ke – 2M. Namun sebelumnyaTaoisme dipraktekan secara turun temurun oleh orang – orang Cina sejak Lao –tse meninggalkan ajarannya untuk kepentingan orang – orang yang membutuhkannya atau haus dengan ajaran – ajaran dari guru tua yang bijaksana.
Taoismesalah satu dari agama pribumi orang china dan ajaran – ajarannya diambil daritradisi klasik termasuk Huang – Lao, suatu tradisi yang diajarkan setelah Huangdi ( cerita raja kuning ), Lao – tzu dan diikuti oleh para pengikut –pengikutnya yang setia selama dinasti Han yang berkuasa di bagian barat china (206 SM – 24 M ), sampai sekarang ini.
Taoisme sekarang di China dibagi dalam dua sekte besar, yaitu :
1.      Taoisme Perdamaian Besar ( Taoism Of Great Peace )
2.      Taoisme Lima Gantang Beras ( Five Bushels OfRice )
Tapi hanya taoisme lima gantang beras yang dapat hidup dan berlangsung sampai sekarang ini, sedangkan taoisme perdamaian besar dilarang oleh penguasa – penguasa feudal, mungkin organisasinya atau ajaran – ajarannya dianggap dapat membahayakan kepentingan Negara China. Sebagaimana kita ketahui bahwa China dikuasai oleh komunis dan keyakinan keagamaan penduduk sangat dikontrol oleh pemerintah.
Sebagai agama yang setara dengan agama – agama dunia lainnya, agama tao juga memiliki organisasi keagamaan. Organisasi agama Tao di China dibangun pada tahun 1975 tepatnya di kota Beijing, yang merupakan suatu organisasi dunia atau internasional, yang dipimpin oleh Min Zhiting. Organisasi ini muncul ditengah –tengah masyarakat dan hidup bersama –sama dengan organisasi keagamaan lainnya.Untuk memajukan dan mengembangkan kebudayaan tao masa lampau, organisasi agama Tao telah menerbitkan banyak karya – karya klasik Tao.
Selain itu di China juga terdapat  lembaga pendidikan Tao, yang setingkat akademi. Akademi Tao China ini, didirikan pada tahun 1990, menyediakan kelas khusus untuk mengajar murid – murid menjadi personil menejer di klenteng – klenteng Tao dan menyediakan kelas yang lebih tinggi untuk melakukan penelitian dan mengajarkan ajaran Tao. Ratusan mahasiswa telah menyelesaikan pendidikannya di akademi yang telah dibentuk ini. Mahasiswa yang telah menamatkan pendidikan ini, telah bekerja disegala bidang pekerjaan, khususnya yang berhubungan dengan keagamaan Tao.
Agama Tao di Indonesia Dewasa Ini
Keberadaan Agama Tao di Indonesia sudah sejak lama, bersamaan dengan datangnya orang-orang Tionghoa ke Nusantara dalam rangka mencari kehidupan. Dengan demikian, secara tidak langsung, telah membawa adat istiadat yang melekat dalam diri dan keyakinan serta kepercayaan (agama).

Selanjutnya, untuk melaksanakan ritual keagamaan dibangunlah tempat-tempat peribadatan Agama Tao di mana mereka berada. Sampai saat ini dapat kita lihat tempat-tempat peribadatan Agama Tao yang tersebar, mulai dari Aceh (Nanggroe Aceh Darussalam) sampai dengan Papua (Irian), yang saat ini orang mengenalnya dengan sebutan Klenteng. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan, bahwa umat Agama Tao sejak dahulu hingga saat ini tetap eksis keberadaannya di Tanah Air Indonesia tercinta ini.

Sejak adanya perubahan politik di Negara Indonesia pada tahun 1965, dan dikeluarkannya Inpres No. 14 tahun 1967 tentang “Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat”, sejak saat itulah perkembangan Agama Tao di Indonesia seolah-olah tidak ada, dan umat Agama Tao sepertinya dipaksakan untuk menjadi umat agama lain. Dan sebutan tempat ibadahnya pun telah diubah namanya dengan tidak menyebutnya sebagai Klenteng (Tao Kuan).

Namun, walau keberadaan Agama Tao secara resmi tidak diakui, tetapi dalam kehidupan sehari-hari umat Agama Tao di Indonesia tetap melaksanakan ritual peribadatan sebagaimana ajaran Agama Tao yang diyakininya, meskipun terlihat di luarnya seolah-olah ajaran dari agama lain.

Oleh karena keberadaan umat Agama Tao di Indonesia tetap ada, maka pada tahun 1974 di Medan dibentuk organisasi keagamaan Tao, yang waktu itu diketuai oleh Taosu Kusumo sekaligus merangkap sebagai pengurus dan anggota.

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata banyak dukungan, baik dari kalangan umat agama Tao sendiri (yang dalam hal ini seolah-olah mengaku umat agama lain), maupun komunitas dari umat beragama lainnya yang hidup dan berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Akibat banyaknya dukungan terhadap Agama Tao di Indonesia, maka umat dan simpatisan Tao mendeklarasikan suatu organisasi Kesamaan Keagamaan pada tanggal 27 Februari 1992 di Jakarta, dengan nama Majelis Taoisme Indonesia (MTI).

Sejak perubahan politik pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi di segala bidang secara signifikan. Hal ini pula berdampak pada umat Agama Tao dan MTI, ditambah dengan dikeluarkannya Keppres No. 6 tahun 2000 tentang “Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 tahun 1967 tentang “Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat China”. Selain dari pada itu, diperkuat dengan Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Menarik untuk disikapi, bahwa penyelenggaraan kegiatan agama, kepercayaan, dan adat istiadat, pada hakekatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Hak Asasi Manusia (tertera dalam pertimbangan Keppres No. 6 tahun 2000).
Selain itu, Negara pun menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agama dan kepercayaannya itu (UU No. 39 tahun 1999, ayat 2 Pasal 22). Setiap wagra negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik, lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya, untuk berperan serta dalam menjalankan pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakkan, dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU No. 39 tahun 1999, ayat 2 Pasal 24).

Sekalipun diperkuat dalam perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang ada di negara ini, antara lain : UUD 1945 pasal 29 ayat 2, Inpres No. 1 thn 1965, SKB Menag dan Mendagri No. 1 thn 1979, Instruksi Menag No. 3 thn 1981, UU No. 8 thn 1983, UU No. 10 thn 1992, UU No. 39 thn 1999 tentang Hak Asasi manusia, UU No. 23 thn 2006, UU No. 12 thn 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, dan UU No. 40 thn 2008 tentang Diskriminasi Etnis, serta UU lainnya.

Untuk keberadaan Agama Tao di beberapa negara tetangga pun, Menteri Agama RI telah mengutus jajarannya ke negara asal Agama Tao. Dan mereka secara jelas telah menerima penjelasan, serta melihat langsung tempat peribadatannya.

Namun, hingga saat ini, keberadaan umat Agama Tao belum mendapat respon dari pemerintah. Seolah, pemerintah benar-benar tutup mata terhadap Agama Tao. Terbukti, umat Tao masih tetap menggunakan agama lain dalam kartu identitasnya (KTP).

Sesungguhnya, pihak MTI telah beberapa kali melayangkan surat ke Departemen Agama RI, dan selalu mendapat jawaban sama, yakni pemerintah belum dapat memberi jawaban. Bila dikatakan, pihak pemerintah tidak mengakui keberadaan Agama Tao di Indonesia, merekapun keberatan. Untuk menyatakan “ya” juga keberatan.

Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa di negeri ini telah terjadi diskriminasi terhadap masyarakat dan rakyatnya, terutama di bidang kepercayaan dan agama. Padahal telah sama-sama diketahui, bahwa warga negara dari suku bangsa China, di Indonesia jumlahnya termasuk terbesar ketiga, setelah Jawa dan Sunda.

di Indonesia umat Agama Tao melalui MTI telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial, mulai dari pembagian sembako, sunatan massal hingga pemberian santunan kepada masyarakat tidak mampu. Selain itu, MTI pun telah turut serta mensosialisasikan buku Undang Undang Dasar 1945 dengan menerbitkan buku UUD 1945 berbahasa Mandarin.

Wajar dan layak, jika umat Agama Tao menuntut haknya sebagai anak bangsa, untuk diperlakukan dan diberi pelayanan yang sama dalam hal agama dan keyakinan. Padahal, budayanya jelas-jelas sudah dapat diterima di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia tercinta ini.


BAB VIII
Riwayat Hidup Konghucu dan Kitab Suci Agama Khonghucu
Riwayat Hidup Khonghucu
Khonghucu (Confusius) lahir d kota Tsou, di negeri Lu. Leluhurnya adalah K’ung Fangshu (yang merupakan generasi kesembilan dari raja muda negeri Sung dan generasi keempat sebelum Khonghucu).
Bapanya meninggal sewaktu Khonghucu berusia tiga tahun kemudian dia diasuh dan dibesarkan oleh ibunya. Ketika Khonghucu berusia empat tahun, ia bermain dengan teman – teman sebayanya. Dalam bermain, ia senang memimpin teman – temannya dalam nmenirukan orang – orang dewasa melakukan upacara sembahyang, Ia tergolong anak yang sangat cerdas sejak kecil Khonghucu telah memperlihatkan sifat – sifat yang mulia, yaitu sangat menghargai dan menghormati para leluhurnya.
Pada usia tujuh tahun Khonghucu secara formal bersekolah di perguruan Yan Ping Tiong. Pendidikan formal Khonghucu hanya berlangsung selama tujuh tahun dan setelah itu ( pada saat usianya 15 tahun) ia terpaksa menuntut ilmu di luar sekolah. Oleh sebab itu, pada usianya 17 tahun ia terpaksa meninggalkan sekolah untuk bekerja demi meringankan pekerjaan ibunya.
Pada usia 19 tahun, Khnghucu menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kian- Kwan dari negeri Song. Dari pernikahan tersebut, ia mendapatkan seorang anak laki – laki yang diberi nama Li atau Pik Gi.
Ketika Khonghucu berusia 20 tahun, ia bekerja pada keluarga bangsawan besar Kwi-sun sebagai pemimpin dinas pertanian dan dinas peternakan. hal ini ia lakukan untuk membiayai kehidupan rumah tangganya.
Sewaktu ibunya meninggal dunia, iapun berkabung tiga tahun lamanya, menurut adat istiadat Tiongkok. Masa tiga tahun itu dipergunakannya untuk memperdalam pengetahuannya dalam bidang sejarah, sastra dan filsafat. Sehabis masa tiga tahun itu ia tidak balik memegang jabatannya dalam pemerintahan, tapi membuka perguruan. Karir konghucu sebagai guru sangat terpandang sehingga ia di kenal sebagai guru sepiritual dan sebagai pemimpin tiongto yang sangat baik kepemimpinannya.
Khonghucu wafat pada 479 S.M. ajarannya dilanjutkan dan dikembangkan oleh cucunya, Tzu- Szu, serta tokoh – tokoh yang lainnya seperti Meng-tze (372-289 S.M.). setelah Khonghucu meninggal, ajarannya masih dirasakan sampai sekarang, bahkan seluruh dunia mengenalnya, serta mempraktekkan ajarannya.
Kitab Suci Agama Konghucu (Ngo King, Su Si dan Hau King)
  1. NGO KING (Lima Kitab)
Adalah Kitab-Kitab Suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan Kitab-Kitab Suci yang mendasari Agama Khonghucu.
Ngo King ini dihimpun, diedit, dibakukan, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu.
Terdiri dari :
1.       SIE KING / SHI JING / KITAB SAJAK 

Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
- Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat terdiri dari 15 Buku 160 Sajak
- Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana. Terdiri dari 8 Buku 80 Sajak
- Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong terdiri dari 3 Buku 31 Sajak
- Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan terdiri dari 3 Buku 40 Sajak

2.       SU KING / Shu Jing / Kitab Hikayat
Kitab ini berisikan teks – teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para Nabidan raja – raja suci purba.
Su King terdiri dari 25.700 huruf, tersisa 58 Bab.
Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu :
1. Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357 – 2255 SM ) & Gi Sun ( 2255 – 2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
2. He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He ( 2205 – 1766 SM ).
3. Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766 – 1122 SM ).
4. Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255 SM).[25
3. YA KING / Yi Jing / I Ching / Kitab Perubahan.
kitab ini mengemukakan tentang system filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
  1. Li Chi / buku tentang upacara – upacara. 
  2. Yeo / Buku tentang Musik
  3. Chu’un Ch’ii / Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok 

2.      SU SI / Shi Su / Empat Buku
Adalah Kitab Suci yang langsung bersumber pada Nabi Khongcu hingga Bingcu. Merupakan Kitab Suci yang pokok dalam Ji Kau.
Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari :
KITAB THAI HAK / Da Xue / Kitab Ajaran Besar.     Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda.
Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
KITAB TIONG YONG / Zhong Yong / Kitab Tengah Sempurna.     Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu Nabi Khongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.
Terdiri dari satu Bab utama 32 Bab uraian, 3.568 huruf.Merupakan Kitab Keimanan bagi Umat Ji.
KITAB LUN GI / Lun Yu / Kitab Sabda Suci.
    Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’I, dan versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda
KITAB BINGCU / Mencius / Kitab Bingcu.
 Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya.
Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf


3.      HAUW KING / Xiao Jing / Kitab Bakti.
Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab. Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan.


BAB IX
Ajaran Khonghucu Tentang Tuhan, Keimanan dan Hidup Setelah Mati
1.      AJARAN KONGHUCU TENTANG TUHAN
Agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).

Dalam agama Kong Hu Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)



2.      AJARAN KONGHUCU TENTANG KEIMANAN
      Keimanan kaum Kong Hu Cu (Konfusius) tidak lepas dari kitab suci agama itu sendiri yang diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri yaitu :
  1. Shu Ching, Buku tentang sejarah. Aslinya mengandung 100 dokumen sejarah sejarah dinasti-dinasti kuno Cina dan mencakup suatu periode yang dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M. Konfusius dikatakan telah menyusun dokumen-dokumen ini secara kronologis dan menulis kata pengantarnya. Dokumen ini tercampur dengan ajaran-ajaran agama dan moral.
  2. Shing Ching, yaitu buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak yang popular yang ditulis lima ratus tahun pertama dari dinasti Chan.
  3. Yi Ching, Buku tentang perubahan-perubahan. Buku ini mengemukakan system yang sangat fantastis menyangkut filsafat dan menjelaskan apa yang disebut dengan prinsip Yin (wanita) dan Yang (pria).
  4. Li, Chi, buku tentang upacara-upacara. Konfusius menyetujui beberapa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawa kehalusan budi, keagungan dan kesopanan kedalam tingkah laku sosial mereka.
  5. Yeo, buku tentang music. Pada zaman konfusius music berhubungan erat dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak-sajak kuno ia juga menyusun pasangannya berupa music untuk setiap sajak yang telah diseleksinya.
6.      Chu`un Ch`ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok, yaitu catatan kronologis tentang peristiwa-peristiwa di negri Lu mulai tahun pertama pemerintahan pangeran Yiu (722 S.M) hingga tahun keempat belas dari pemerintahan pangeran Ai (481 S.M).
3.      AJARAN KONGHUCU TENTANG HIDUP SETELAH MATI
Menurut kepercayaan Konghucu, ibu-bapa yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sacral. Maka dalam agam konghucu juga di kenal dengan pemujaan roh nenek moyang yang merupakan lambang penghormatan dan kelanjutan nenek moyang mereka dan mereka juga percaya bahwa nenek moyang mereka yang telah meninggal memegang peruntungan keluarga.
BAB X
Ajaran Konghucu tentangg etika
Berbicara etika dalam agam konghucu tidak lepas dati tuhan mereka yang disebut dengan Thian. Ajaran etika dalam agama konghucu sangat berhubungan erat dengan ajaran keimanannya.  Ajaran Iman Agama Khonghucu membimbingkan umat mengimani bahwa hidup manusia adalah oleh firman TIAN dan firman itu menjadi Watak Sejatinya yang merupakan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, maka hidup manusia wajib berupaya mampu satya menegakkan firman dengan menggemilangkan kebajikan yang dikaruniakan itu.
Berikut adalah beberapa point penting yang menyangkut moral dan etika Khonghucu / Konfuciani :

1. Satya Dan Tepasarira / Zhong Shu
2. Tripusaka : Bijaksana, Cinta Kasih, Berani / Zhi, Ren, Yong
3. Bakti Dan Rendah Hati / Xiao Ti
4. Satya Dan Dapat Dipercaya / Zhong Xin
5. Kesusilaan Dan Kebenaran / Li Yi
6. Suci Hati Dan Tahu Malu / Lian Chi
7. Hormat Dan Sungguh-Sungguh / Gong Jing
8. Sederhana Dan Suka Mengalah / Qian Rang
9. Tengah Tepat Dan Lurus / Zhong Zheng
10. Memperbaiki Kesalahan / Gai Guo
11. Menegakkan Jasa / Li Gong
12. Akrablah Kepada Para Bijaksana / Qin Xian
13. Membenci Kepalsuan / E Wei
14. Mengerti Orang Lain / Zhi Ren
15. Menuntut Diri Sendiri / Qiu Ji
16. Melindungi Diri / Bao Shen
17. Bahagia Di Dalam Jalan Suci / Le Dao
18. Melaksanakan Ajaran Agama Dengan Sungguh / Gong Xing
19. Yang Berpribadi Susilawan / Junzi
20. Cinta Belajar / Hao Xue
21. Hati-Hati / Cermat Berfikir / Shen Si
22. Satu Prinsip Yang Menembus Semuanya / Yi Guan Zhi Dao
23. Menuntut Kenyataan / Qiu Shi
24. Menjaga Kewajaran / Shou Chang
25. Miliki Keuletan Semangat / You Heng
26. Meluruskan Diri / Zheng Ji
27. Mengatur Pekerjaan / Qiu Zhi
 Berikut juga Intisari ajaran Khong Hu Cu yang harus di perhatikan dalam mempelajari etika
  • Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
    • 1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
    • 2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
    • 3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
    • 4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
    • 5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
    • 6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
    • 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
    • 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
  • Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
    • Ren - Cintakasih
    • Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
    • Li - Kesusilaan, Kepantasan
    • Zhi - Bijaksana
    • Xin - Dapat dipercaya
  • Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
    • Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
    • Hubungan antara Suami dan Isteri
    • Hubungan antara Orang tua dan anak
    • Hubungan antara Kakak dan Adik
    • Hubungan antara Kawan dan Sahabat
  • Delapan Kebajikan (Ba De):
    • Xiao - Laku Bakti
    • Ti - Rendah Hati
    • Zhong - Satya
    • Xin - Dapat Dipercaya
    • Li - Susila
    • Yi - Bijaksana
    • Lian - Suci Hati
    • Chi - Tahu Malu

San Kang (Tiga Hubungan)
Pengertian dari San Kang atau tiga hubungn dari tata krama ini adalah sebagai berikut:
  1. Hubungan seorang raja dengan menterinya atau hubungan atasan dengan bawahannya.
  2. Hubungan ayah dengan anaknya.
  3. Hubungan suami dengan istri.

Ngo Lun (Lima norma kesopana dalam masyarakat)
Ngo Lun itu disebut sebagai Wu Luen, yang artinya juga “Lima norma kesopanan dalam masyarakat”. Baik Ngo Lun maupun Wu Luen, mempunyai arti yang sama. Ngo lun adalah sebagai berikut
  1. Hubungan seorang raja dengan menterinya atau hubungan atasan dengan bawahannya.
  2. Hubungan ayah dengan anaknya.
  3. Hubungan suami dengan istri.
  4. Hubungan saudara dengan saudara.
  5. Hubungan teman dengan teman.

Sifat-sifat Mulia dam Ajaran Khonghucu
  1. Wu Chang (lima sifat yang mulia)
Lima sifat yang mulia (Wu Chang) terdiri dari:
  1. Ren/Jin: cinta kasih, rasa kebenaran, kebajikan, tahu diri, halus budi pekerti (sopan santun) serta dapat menyelami perasaan orang lain.
  2. I/Gi, yaitu: rasa solidaritas, senasib sepenanggungan dan rasa mrmbela kebenaran.
  3. Li atau Lee, yaitu: sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.
  4. Ce atau Ti, yaitu: bijaksana atau kebijaksanaan (wisdom), pengertian dan kearifan.
  5. Sin, kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat memegang janji dan menepati janji.

  1. Pa Te (delapan sifat mulia)
    1. Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orangtua, guru, dan leluhur.
    2. Thi/ Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua di antara saudara.
    3. Cung/Tiong dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan, setia terhadap teman dan kerabat.
    4. Sin dapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau dapat menepati janji.
    5. Lee / Li dapat diartikan sebagai sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.
    6. I / Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenaggungan, dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup ini.
    7. Lien / Liam dapat diartikan mempraktekkan cara hidup yang sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.
    8. Che / Thi diartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak moral.
 
BAB XI
Tata Cara Perkawinan Dan Kematian Dalam Agama Khonghucu
  1. Bentuk Upacara Perkawinan Konghucu
  1. Adat dan Upacara Sebelum Perkawinan
Berbagai upacara dilakukan sebelum dilangsungkan perkawinan. Seperti upacara Lamaran, ikatan pertunangan dan upacara penentuan hari perkawinan. Misalanya lamaran dengan memerlukan walinya dan mencari wali untuk saat melamar perempuan yang ingin di lamar, di sambung dengan pertunangan jadi dengan dua belah pihak di temukan dan membicarakan tanggal dan sebagainnya untuk acara pernikahan tersebut.
Adapun cara pertunangan di lingkungan keluarga umunya dilakukan dirumah pihak perempuan dan pihak laki-laki, jalan upacara pertunangan sebagai berikut :
1)      Jalannya upacara dipimpin oleh Kausing (Penebar Agama), Bunsu (Guru Agama) dan Haksu (Pendeta).
2)      Melakukan sembahyang kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa) dilakuakn di dpean pintu atau altar terbuka dengan cara menghadapa ke langit.
3)      Setelah itu melakukan sembahyang pada arwah leluhur.

Upacara penentuan hari pernikahan dilaksanakan di rumah calon mempelai wanita dengan maksud untuk mendapatkan kesepakatan tentang pelaksanaan hari perkawinan. Pada saat upacara penentuan hari perkawinan ini, kedua belah pihak berunding tentang saat pelaksanaan hari perkawinan. Pada saat penentuan hari perkawinan dalam agama konghucu ini biasanya dari pihak laki-laki membawa berbagai macam antaran. Yaitu :
  1.  Dua batang merah lilin besar yang berarti penerangan lahir batin
  2. Dua buah amplom merah (ang pao) yang didalamnya bisikan uang.
  3. Pakian wanita, sepatu, sandal, alat-alat kosmetik serta perhiasan.
  4. Buah-buahan , semuanya dimasukkan ke dalam peti merah.

Setelah selesai, pembawa acara mempersiapkan wakil dan pihak laki-laki untuk memberi kata sambutan, sebagai ucapan terima kasih kepada pihak perempuan yang bersedia menerima mereka dan sekaligus menyerahkan semua barang yang dibawa kepada pihak wanita.
Acara tersebut ditutup dengan barang-barang antaran dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Biasanya berupa pakian pria dan sebagainnya. Pihak laki-laki dan keluarga pulang dan selesai menentukan hari perkawinan.
Adat dan Upacara pada saat Perkawinan
Pertama pengantin dirias duduk ada banyak yang berhiasan melambangkan warna merah (Thay kek). Kilin untuk laki-laki dan Hong Hong bagi pengantin wanita.
Pada saat dilakuakn upacara Cio Thau dibutuhkan seorang anak kecil Shio Liang atau Shio Houw untuk melakukan upacara permulaan menyisir rambut pengantin, kemudian dilanjutkan oleh tukang rias yang mewajibkannya. Sewaktu pengantin laki-laki hendak maju ke rumah pengantin wanita, terlebih dahulu diadakan upacara Khibe : suatu pesta kecil bersama kawan dan sahabat. Lalu pengantin  berangkat diiringi dengan tetabuhan dan dipasangi petasan. Memasang petasan berdasarkan atas suaranya yang diumpamakan suara Guntur, karena siluman memang sanagt takut akan Guntur. Maka suara petasan itupun berarti mengusir segala setan dan siluman.
Sesampai di rumah laki-laki, mereka terus masuk ke kamar pengantin yang di dalamnya sudah tersedia sebuah meja dengan 12 macam King Ua yaitu sejenis bahan makanan yang disate dan diatur dengan alat-alat istimewa. Di samping itu, terdapat pula beberapa macam makanan yang diatur diatas meja lain, 2 kursi, 2 cangkir wedang onde dan 2 buah mangkok lengkap dengan sumpitnya. Sepasang lilin besar yang menyala menjadi perhiasan istimewa. Kedua pengantin ini berbeda di bawah Mak Comblang (Bwee Jien : orang yang perantara dirangkaikan perjodohan itu dan bertugas untuk menjajaki anggapan pihak lain)
Biasanya beberapa hari setelah selesai melaksanakan perkawinan, pengantin tersebut pergi ke kantor Catatan sipil untuk mencatat mengenai perkawinan yang telah mereka lakukan di Majlis atau Lithang. Pencatatan ke kantor Catatan Sipil merupakan salah satu bukti otentik bagi mereka bahwa kedua pasangan ini diakui secara sah sebagai suami istri.
Adat dan Upacara sesudah Perkawinan
Upacara pulang tiga hari
Upacara pulang tiga hari adalah upacara untuk pengantin baru yang bertujuan untuk menjenguk orang tua, sanak keluarga yang lebih tua baik dari suami ataupun istri hal ini dilakuakn sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala doa restu, batuan moral maupun materil dari para sesepuh. Dalam kunjungan biasanya mereka membawa buah-buahan dan kue sebagai tanda terima kasih. Selain itu, mereka juga melakukan sembahyang sebagai ucapan terima kasih atas segala doa restu dari para leluhur, dengan menghadap altar keluarga yang ada di rumah.
Upacara pulang sebulan
Upacara pulang sebulan merupakan salah satu rangkaian upacara yang dilakukan setelah melaksanakan perkawinan. Setelah perkawinan sebulan , mereka juga mengunjungi orang tua untuk menyampaikan terima kasih dan mohon nasehat, biasanya mereka bermalam di rumah orang tuanya, bila tidak menetap disana upacara sebulan berjalan tidak khusus dengan melakukan upacara sendiri, namun ini hanyalah tradisi yang seringkali harus mereka lakukan.
Bentuk Upacara Kematian Konghucu
  1. Cara merawat jenazah
  • Membersihkan
  • Mengganti pakaian jenazah
  • Tempat yang khusus untuk jenazah dan menggunakan kain yang berwarna dan corak bunga
  • Peti jenazah
  • Sembahyang
  • Peti ditaburi sesaju dengan mantra
  • Meletakkan tujuh buah mata uang logam
  • Memukul paku peti, searah dengan jarum jam.
2.      Proses upacara Kematian
  • Surat do’a Jib Hok : pengurusan jenazaH
  •  Surat do’a Mai Song : pemberangkatan jenazah
Pada saat pemberangkatan jenasah, semangka yang dipakai di meja sembahyang dibanting hingga hancur ketika peti akan diangkat ke mobil jenasah. Hiolo dan potret almarhum dibawa oleh anak lelakinya dengan diikat di badannya menggunakan kain blacu, serta ikut di mobil jenasah, sepanjang perjalanan ke pemakaman/krematorium, [gincua] disebar di jalan. Jaman dahulu, peti jenasah digotong ke kuburan, dan anggota keluarga berlutut [paikui] di tiap jembatan yang dilalui.
  • Surat do’a Sang Cong : tempat penguburan
Kuburan Tionghoa terdiri dari dua bagian utama.  Yang pertama adalah "mu qiu" atau tempat dimana peti jenazah dikuburkan. Mu gui ( bukit kuburan). Untuk ukuran kuburan, biasanya menggunakan meteran fengshui. Meteran fengshui ini sebenarnya terbagi dua bagian yaitu meteran Wengong dan meteran Dinglan. Meteran yang digunakan untuk kuburan adalah meteran Dinglan. Menurut kepercayaan Tiongkok purba, manusia yang meninggal adalah Yin dan kembali ke Yin atau bumi. Dan bumi direpresentasikan sebagai Ratu atau Bunda
  • Surat do’a Jib Gong : sembahyang dengan untuk memohon izin Tuhan.
  • Surat do’a Ngokok : manusia mencari nafkah

BAB XII
Sejarah Agama Khonghucu dan Pro-Kontra Agama Khonghucu di Indonesia.
1.      Sejarah Agama Konghucu di Indonesia


Sejarah agama konghucu di Indonesia bias dibilang sangat berliku dan kelam karna konghucu di Indonesia sempat tidak di akui sebagai agama resmi selama lebih dari tiga dasawarsa.
Kisah kelam selama lebih dari tiga dasawarsa tersebut baru berakhir di masa pemerintahan Abdurrachman Wahid. Di era kekuasaannya yang singkat, Presiden Gus Dur membuat terobosan dengan mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang segala aktivitas berbau Tionghoa dan SE Menteri Dalam Negeri Nomor 477/74054/BA.01.2/4683/95. Tindakan ini memberi pesan bahwa, "Tak ada lagi istilah agama yang diakui dan tak diakui pemerintah. Juga tak ada lagi pengakuan negara terhadap agama. Umat Konghucu dan orang-orang Tionghoa non-Khonghucu bisa bebas berekspresi.
Pada Oktober 2007, kebebasan beragama umat Konghucu ini semakin jelas dan tegas dengan keluarnya Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Perihal pendidikan agama Konghucu di jalur sekolah formal, nonformal, dan informal diatur pada Pasal 45. Sementara untuk jalur tenaga pendidiknya diatur oleh Pasal 47 PP tersebut.
2.      Pro-Kontra Agama Khonghucu di Indonesia
Setelah konghucu diakuipun nampaknya di Indonesia terjadi pro dan kontra tentang pengakuan konghucu sebagai agama di Indonesia.
Pihak yang pro, menuduh bahwa para penentangnya mempunyai motif tertentu, seputar pengikut (umat) dan materi semata-mata. Semakin banyak pengikut, maka akan semakin banyak pula dana yang dapat dihimpun. Mereka melihatnya dari kenyataan di lapangan, di mana banyak tokoh- tokoh agama tertentu yang agresif dalam "menyelamatkan" umat manusia; khususnya orang Tionghoa, dari "kuasa kegelapan.
Sebaliknya pihak yang kontra juga mengemukakan berbagai argumentasi. Pertama adalah argumentasi yang berkembang dari ajaran monotheisme yang menyatakan, bahwa agama adalah wahyu dari Tuhan yang diturunkan
melalui Nabinya yang tercatat di Kitab Suci masing-masing. Sedangkan Nabi adalah utusan Tuhan. Karena Konghucu orang biasa, bukan Nabi yang tercatat dalam Kitab Suci ajaran monotheisme, maka Konghucu tidak bisa diakui sebagai agama.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar