klick link dbwah ini
http://dennytan90.blogspot.com/2012/02/dewa-dewi-kelenteng-disusun-oleh-ir.html
Selasa, 29 Mei 2012
Tentang kitab Shi Jing
Mau tau Tentang Kitab Shi Jing ?????
klik dibawah ini!!!!
http://www.confucian.me/profiles/blogs/tentang-kitab-shi-jing-the
http://dennytan90.blogspot.com/2012/01/kitab-puisi-shijing.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Shi_Jing
dll.
klik dibawah ini!!!!
http://www.confucian.me/profiles/blogs/tentang-kitab-shi-jing-the
http://dennytan90.blogspot.com/2012/01/kitab-puisi-shijing.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Shi_Jing
dll.
Isi Kitab Si Shu & Wu Jing
Kitab Si Shu & Wu Jing
The Holy Books
The holy books consist of two categories;
- 五 經 Wu Jing – Five Classics (The five books of old testement):
- 書經 Shu Jing (Classic of History) – Book of History
- 易經 Yi Jing (I Ching) – Book of Change
- 禮經 Li Jing (Classic of Rites) – Book of Rites
- 春秋經 Chunqiu Jing (Spring and Autumn Annals) – Spring and Autumn Annals
- 四書 Si Shu (Four Books); [Indonesia]
- 大學 Da Xue – Great Learning or [Ajaran Besar]
- 中庸 Zhong Yong – Doctrine of the Mean or [Tengah Sempuna]
- 孟子 Meng Zi – Mencius or [Mengzi/Bingcu]
- 孝經 – Xiao Jing – Book of Filial Piety
nama dan alamat Vihara, Cetya dan Klenteng di Indonesia
Pengen tau nama, alamat Vihara Cetya dan klenteng di Indonesia???? Klik alamat berikut ini http://www.vihara-cetiya-kelenteng-di-indonesia.blogspot.com/
Klenteng Tertua Indonesia
Klenteng Welahan yang diberi nama “ Hian Thian
Siang Tee “ terletak 24 km kearah selatan dari pusat kota Jepara, di Desa
Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah Desa yang menyimpan
peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara,
dimana berdiri megah 2 buah klenteng yang dibangun seorang tokoh pengobatan
dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe bersama dengan kakaknya bernama Tan Siang
Djie.
Untuk menuju Obyek Wisata Sejarah Klenteng Tertua Indonesia "Hian Thian Siang Tee" didukung dengan berbagai prasarana diantaranya jalan beraspal dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat atau angkutan umum yang lain, karena lokasi Obyek tersebut berdekatan dengan pasar Welahan .
Untuk menuju Obyek Wisata Sejarah Klenteng Tertua Indonesia "Hian Thian Siang Tee" didukung dengan berbagai prasarana diantaranya jalan beraspal dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat atau angkutan umum yang lain, karena lokasi Obyek tersebut berdekatan dengan pasar Welahan .
Legenda Dan Sejarah
Pada tahun 1830 dimana Gubernur Jendral Belanda yaitu Johanes Graaf Van Bosch berkuasa di Indonesia, yang pada waktu itu disebut penjajahan Hindia Belanda, datanglah seorang Tionghoa totok dari Tiongkok bernama Tan Siang Boe. Kepergiannya dari Tiongkok menuju ke Asia Tenggara tersebut perlu mencari saudara tuanya bernama Tan Siang Djie di Indonesia.
Sewaktu berangkat dari Tiongkok bersamaan dalam satu perahu yang ada di dalamnya seorang Tasugagu “Pendeta“ dimana Tasu tersebut habis bersemedi dari Pho To San di wilayah daratan Tiongkok, merupakan suatu tempat dimana pertapaan dari paduka menteri kaisa “Hian Thian Siang Tee“. Ditengah perjalanan tasu tersebut jatuh sakit, dengan rasa kesetia kawanan dan saling tolong menolong sesama manusia sehingga Tan Siang Hoe merawatnya dengan bekal obat – obatan yang dibawanya dari Tiongkok, ia dapat menyembuhkan penyakit yang diderita Tasugagu tersebut.
Dengan rasa berterima kasih atas kesembuhannya, sewaktu Tasu tersebut mendarat di Singapura memberikan tanda mata ucapan terima kasih kepada Tan Siang Boe berupa satu kantong “semacam tas“ yang berisi barang – barang pusaka kuno Tiongkok yang terdiri dari : sehelai sien tjiang “kertas halus bergambar Paduka Hian Thiam Siang Tee”, sebilah po kiam “pedang Tiongkok”, satu hio lauw “tempat abu”, dan satu jilid tjioe hwat “buku pengobatan / ramalan”.
Setelah Tan Siang Boe tiba di Semarang, menginap di rumah perkumpulan “Kong Kwan” memperoleh keterangan bahwa saudara tuanya / kakaknya ada di daerah Welahan Jepara, maka beliau pergi untuk menjumpai Tan Siang Djie di tempat tersebut.
Di sana beliau dapat berjumpa dengan saudara tuanya yang masih mondok berkumpul dalam satu rumah dengan keluarga Liem Tjoe Tien. Rumah tersebut masih ada terletak di Gang Pinggir Welahan dan rumah itu sampai sekarang dipergunakan tempat buat menyimpan pusaka kuno “klenteng”sebagai tempat pemujaan dan dihormati oleh setiap orang Tionghoa yang mempercayainya, setelah beberapa waktu lamanya, Tan Siang Boe menetap dengan kakaknya di Welahan, maka pada suatu hari pergilah ia bekerja di lain daerah, sedangkan barang yang berisi pusaka kuno tersebut dititipkan kepada kakaknya. Mengingat keselamatan akan barang-barang titipan tersebut maka oleh Tan Siang Djie barang tersebut dititipkan kepada pemilik rumah Liem Tjoe Tien yang selalu disimpan di atas loteng dari rumah yang didiami.
Pada waktu itu, pada umumnya masih belum mengetahui barang pusaka apakah gerang yang tersimpan di atas loteng itu. Selama dalam penyimpanan di atas loteng tersebut setiap tanggal tiga yaitu hari lahir “sha gwe” yakni hari Imlex Seng Tam Djiet dari Hian Thiam Siang Tee, keluarlah daya ghaib dari barang pusaka tersebut mengeluarkan cahaya api seperti barang terbakar, sewaktu-waktu keluarlah ular naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan bagi seisi rumah.
Dengan kejadian itu dipanggilah Tan Siang Boe yang semula menitipkan barang tersebut untuk kembali ke Welahan guna mebuka pusaka yang tersimpan di dalam kantong tersebut. Setelah dibuka dan diperlihatkan kepada orang-orang seisi rumah sambil menuturkan tentang asal mula barang tersebut sehingga ia dapat memiliki pusaka kuno Tiongkok. Dengan adanya asal mula pusaka tersebut maka orang-orang seisi rumah mempunyai kepercayaan bahwa pusaka kuno itu adalah wasiat peninggalan dari Paduka Hian Thiam Siang Tee maka dipujanya menurut adapt leluhur.
Pada suatu hari Lie Tjoe Tien sakit keras dan penyakitnya dapat disembuhkan kembali dengan kekuatan ghaib yang ada di pusaka, dengan kejadian itu maka dari percakapan mulut ke mulut oleh banyak orang sehingga pusaka itu dikenal namanya, dihormati, dan dipuja puja oleh orang yang mempercayainya hingga sekarang.
Menurut keterangan bahwa satu-satunya pusaka Tiongkok yang pertama kali di Indonesia yang dibawa oleh Tan Siang Boe pusaka tersebut yang tersimpan di Welahan sehingga ada perkataan lain bahwa keberadaan Klenteng Tertua Indonesia "Hian Thian Siang Tee" di Welahan adalah yang paling tua di Indonesia.
Dengan keberadaan klenteng yang berada di Welahan bukan hanya didominasi keturunan Tionghoa saja tetapi juga pribumi yang berdatangan dari berbagai kota maupun propinsi untuk memohon pengobatan, tanya nasib, jodoh, bercocok tanam, serta mohon maju dalam usahanya, dan sebagainya.
Pada tahun 1830 dimana Gubernur Jendral Belanda yaitu Johanes Graaf Van Bosch berkuasa di Indonesia, yang pada waktu itu disebut penjajahan Hindia Belanda, datanglah seorang Tionghoa totok dari Tiongkok bernama Tan Siang Boe. Kepergiannya dari Tiongkok menuju ke Asia Tenggara tersebut perlu mencari saudara tuanya bernama Tan Siang Djie di Indonesia.
Sewaktu berangkat dari Tiongkok bersamaan dalam satu perahu yang ada di dalamnya seorang Tasugagu “Pendeta“ dimana Tasu tersebut habis bersemedi dari Pho To San di wilayah daratan Tiongkok, merupakan suatu tempat dimana pertapaan dari paduka menteri kaisa “Hian Thian Siang Tee“. Ditengah perjalanan tasu tersebut jatuh sakit, dengan rasa kesetia kawanan dan saling tolong menolong sesama manusia sehingga Tan Siang Hoe merawatnya dengan bekal obat – obatan yang dibawanya dari Tiongkok, ia dapat menyembuhkan penyakit yang diderita Tasugagu tersebut.
Dengan rasa berterima kasih atas kesembuhannya, sewaktu Tasu tersebut mendarat di Singapura memberikan tanda mata ucapan terima kasih kepada Tan Siang Boe berupa satu kantong “semacam tas“ yang berisi barang – barang pusaka kuno Tiongkok yang terdiri dari : sehelai sien tjiang “kertas halus bergambar Paduka Hian Thiam Siang Tee”, sebilah po kiam “pedang Tiongkok”, satu hio lauw “tempat abu”, dan satu jilid tjioe hwat “buku pengobatan / ramalan”.
Setelah Tan Siang Boe tiba di Semarang, menginap di rumah perkumpulan “Kong Kwan” memperoleh keterangan bahwa saudara tuanya / kakaknya ada di daerah Welahan Jepara, maka beliau pergi untuk menjumpai Tan Siang Djie di tempat tersebut.
Di sana beliau dapat berjumpa dengan saudara tuanya yang masih mondok berkumpul dalam satu rumah dengan keluarga Liem Tjoe Tien. Rumah tersebut masih ada terletak di Gang Pinggir Welahan dan rumah itu sampai sekarang dipergunakan tempat buat menyimpan pusaka kuno “klenteng”sebagai tempat pemujaan dan dihormati oleh setiap orang Tionghoa yang mempercayainya, setelah beberapa waktu lamanya, Tan Siang Boe menetap dengan kakaknya di Welahan, maka pada suatu hari pergilah ia bekerja di lain daerah, sedangkan barang yang berisi pusaka kuno tersebut dititipkan kepada kakaknya. Mengingat keselamatan akan barang-barang titipan tersebut maka oleh Tan Siang Djie barang tersebut dititipkan kepada pemilik rumah Liem Tjoe Tien yang selalu disimpan di atas loteng dari rumah yang didiami.
Pada waktu itu, pada umumnya masih belum mengetahui barang pusaka apakah gerang yang tersimpan di atas loteng itu. Selama dalam penyimpanan di atas loteng tersebut setiap tanggal tiga yaitu hari lahir “sha gwe” yakni hari Imlex Seng Tam Djiet dari Hian Thiam Siang Tee, keluarlah daya ghaib dari barang pusaka tersebut mengeluarkan cahaya api seperti barang terbakar, sewaktu-waktu keluarlah ular naga dan kura-kura yang sangat menakjubkan bagi seisi rumah.
Dengan kejadian itu dipanggilah Tan Siang Boe yang semula menitipkan barang tersebut untuk kembali ke Welahan guna mebuka pusaka yang tersimpan di dalam kantong tersebut. Setelah dibuka dan diperlihatkan kepada orang-orang seisi rumah sambil menuturkan tentang asal mula barang tersebut sehingga ia dapat memiliki pusaka kuno Tiongkok. Dengan adanya asal mula pusaka tersebut maka orang-orang seisi rumah mempunyai kepercayaan bahwa pusaka kuno itu adalah wasiat peninggalan dari Paduka Hian Thiam Siang Tee maka dipujanya menurut adapt leluhur.
Pada suatu hari Lie Tjoe Tien sakit keras dan penyakitnya dapat disembuhkan kembali dengan kekuatan ghaib yang ada di pusaka, dengan kejadian itu maka dari percakapan mulut ke mulut oleh banyak orang sehingga pusaka itu dikenal namanya, dihormati, dan dipuja puja oleh orang yang mempercayainya hingga sekarang.
Menurut keterangan bahwa satu-satunya pusaka Tiongkok yang pertama kali di Indonesia yang dibawa oleh Tan Siang Boe pusaka tersebut yang tersimpan di Welahan sehingga ada perkataan lain bahwa keberadaan Klenteng Tertua Indonesia "Hian Thian Siang Tee" di Welahan adalah yang paling tua di Indonesia.
Dengan keberadaan klenteng yang berada di Welahan bukan hanya didominasi keturunan Tionghoa saja tetapi juga pribumi yang berdatangan dari berbagai kota maupun propinsi untuk memohon pengobatan, tanya nasib, jodoh, bercocok tanam, serta mohon maju dalam usahanya, dan sebagainya.
Perayaan Sam Poo Di Semarang
Bagi orang Tionghoa di
Kota Semarang, ada sebuah tradisi perayaan tahunan yang selalu mereka lakukan
untuk memperingati pendaratan Laksmana Cheng Ho atau Sam Poo Kong di Semarang.
Secara historis, pendaratannya Cheng Ho di Semarang memang masih diperdebatkan,
tetapi masyarakat Tionghoa di Semarang meyakini bahwa Laksmana Ceng Ho atau Sam
Poo mendarat di Semarang pada bulan keenam dalam penanggalan Imlek.
Sebab itulah, setiap tanggal tersebut masyarakat Semarang merayakann tradisi yang sering disebut sebagai arak-arakan Sam Poo Besar ini. Tahun 2011, peringatan 606 kedatangan Laksamana Cheng Ho jatuh pada hari Sabtu (30/7). Dalam arak-arakan ini, warga Tionghoa mengusung patung (kim sien) duplikat Kong Co Sam Poo Tay Djien milik Kelenteng Besar Tay Kak Sie di Gang Lombok, menuju Kelenteng Agung Sam Poo Kong di Gedungbatu.
Sejak pagi pukul 04.00 WIB, ratusan orang sudah berdatangan di Klenteng Tay Kak Sie untuk mengikuti kirab tersebut. Tak hanya warga keturunan Tionghoa saja, tetap banyak pula warga pribumi yang turut serta dalam pawai tersebut, termasuk dari unsur TNI. Tepat pukul 05.00 WIB, pawai diberangkatkan dari klenteng tersebut. Peserta arak-arakan terbagi dalam beberapa rombongan, dengan peran berbeda. Pada barisan terdepan, adalah pembawa bendera Tay Kak Sie dan bendera kebesaran Sam Poo Tay Djien. Di belakangnya, ada pemain gambreng, pembawa papan bertuliskan "Shu King" (tenang dan jangan berisik) dan Hui Bi (minggir atau berjalan), pembawa pusaka tiruan, pengusung joli (tandu) kim sien (patung) Sam Poo Tay Djien, dan rombongan Bee-kun serta kuda putihnya. Sedangkan di barisan paling belakang adalah rombongan pemain liong sam si.
Selain itu, ribuan warga yang mengikuti Festival Bukan Bee-kun juga turut serta dalam arak-arakan tersebut. Mereka mengekan topeng Bee-kun, bandana, dan kaos berwarna hitam. Festival Bukan Bee-kun pada tahun ini merupakan yang pertamakali digelar dalam perayaan Sam Poo Besar. Festival ini diadakan tanpa mempengaruhi unsur ritual yang asli, sebab itu rombongan Bee-kun yang asli pun masih tetap ada. Secara etimologis Bee-kun berasal dari bahasa Hokian. ''Bhe'' berarti kuda, sedang ''kun'' adalah pasukan. Jika diterjemahkan secara bebas menjadi pasukan pengawal kuda. Kalangan Tionghoa mengintepretasikan bahwa pada saat turun dari kapalnya, Sam Poo Tay Djien berkendara kuda dan tentu saja ada orang yang merawatnya.
Dengan intepretasi semacam itu, profesi perawat kuda tepat digunakan sebagai gambaran pengorbanan dan kesetiaan kepadanya. Dari Klenteng Tay Kak Tse, rombongan tersebut menyusuri Gg Lombok - Gg Warung - Jl Kranggan Timur - Jl Kranggan Barat - Jl Depok - Jl Pemuda - Jl Mgr Soegijapranata - Jl Bojong Salaman, kemudian menuju Jl Simongan - dan berakhir di Klenteng Sam Po Kong.
Pawai ini menyita perhatian warga Semarang. Ratusan warga memadati jalan-jalan yang menjadi rute arak-arakan tersebut. Pawai ini juga sempat membuat arus lalu-lintas tersendat, karena tidak ada penutupan jalan di sepanjang rute yang dilalui. Sekitar pukul 07.30 WIB, rombongan sampai di Klenteng yang memiliki patung Sam Po Kong terbesar di dunia, dan baru saja diresmikan pada Jumat malam (29/7).
Sesampainya di Klenteng Agung Sam Po Kong, rombongan arak-arakan Sam Poo Besar kembali menyuguhkan atraksi. Beberapa pertunjukan pentas seni pun digelar, termasuk pertunjukan Punakawan dari Solo serta tarian Jawa dari Sobokarti Semarang.
Kameraman & Reporter: Diantika PW
Dubber: Diantika PW
Editor Video: Susiana
Sebab itulah, setiap tanggal tersebut masyarakat Semarang merayakann tradisi yang sering disebut sebagai arak-arakan Sam Poo Besar ini. Tahun 2011, peringatan 606 kedatangan Laksamana Cheng Ho jatuh pada hari Sabtu (30/7). Dalam arak-arakan ini, warga Tionghoa mengusung patung (kim sien) duplikat Kong Co Sam Poo Tay Djien milik Kelenteng Besar Tay Kak Sie di Gang Lombok, menuju Kelenteng Agung Sam Poo Kong di Gedungbatu.
Sejak pagi pukul 04.00 WIB, ratusan orang sudah berdatangan di Klenteng Tay Kak Sie untuk mengikuti kirab tersebut. Tak hanya warga keturunan Tionghoa saja, tetap banyak pula warga pribumi yang turut serta dalam pawai tersebut, termasuk dari unsur TNI. Tepat pukul 05.00 WIB, pawai diberangkatkan dari klenteng tersebut. Peserta arak-arakan terbagi dalam beberapa rombongan, dengan peran berbeda. Pada barisan terdepan, adalah pembawa bendera Tay Kak Sie dan bendera kebesaran Sam Poo Tay Djien. Di belakangnya, ada pemain gambreng, pembawa papan bertuliskan "Shu King" (tenang dan jangan berisik) dan Hui Bi (minggir atau berjalan), pembawa pusaka tiruan, pengusung joli (tandu) kim sien (patung) Sam Poo Tay Djien, dan rombongan Bee-kun serta kuda putihnya. Sedangkan di barisan paling belakang adalah rombongan pemain liong sam si.
Selain itu, ribuan warga yang mengikuti Festival Bukan Bee-kun juga turut serta dalam arak-arakan tersebut. Mereka mengekan topeng Bee-kun, bandana, dan kaos berwarna hitam. Festival Bukan Bee-kun pada tahun ini merupakan yang pertamakali digelar dalam perayaan Sam Poo Besar. Festival ini diadakan tanpa mempengaruhi unsur ritual yang asli, sebab itu rombongan Bee-kun yang asli pun masih tetap ada. Secara etimologis Bee-kun berasal dari bahasa Hokian. ''Bhe'' berarti kuda, sedang ''kun'' adalah pasukan. Jika diterjemahkan secara bebas menjadi pasukan pengawal kuda. Kalangan Tionghoa mengintepretasikan bahwa pada saat turun dari kapalnya, Sam Poo Tay Djien berkendara kuda dan tentu saja ada orang yang merawatnya.
Dengan intepretasi semacam itu, profesi perawat kuda tepat digunakan sebagai gambaran pengorbanan dan kesetiaan kepadanya. Dari Klenteng Tay Kak Tse, rombongan tersebut menyusuri Gg Lombok - Gg Warung - Jl Kranggan Timur - Jl Kranggan Barat - Jl Depok - Jl Pemuda - Jl Mgr Soegijapranata - Jl Bojong Salaman, kemudian menuju Jl Simongan - dan berakhir di Klenteng Sam Po Kong.
Pawai ini menyita perhatian warga Semarang. Ratusan warga memadati jalan-jalan yang menjadi rute arak-arakan tersebut. Pawai ini juga sempat membuat arus lalu-lintas tersendat, karena tidak ada penutupan jalan di sepanjang rute yang dilalui. Sekitar pukul 07.30 WIB, rombongan sampai di Klenteng yang memiliki patung Sam Po Kong terbesar di dunia, dan baru saja diresmikan pada Jumat malam (29/7).
Sesampainya di Klenteng Agung Sam Po Kong, rombongan arak-arakan Sam Poo Besar kembali menyuguhkan atraksi. Beberapa pertunjukan pentas seni pun digelar, termasuk pertunjukan Punakawan dari Solo serta tarian Jawa dari Sobokarti Semarang.
Kameraman & Reporter: Diantika PW
Dubber: Diantika PW
Editor Video: Susiana
Peta kita
Masuknya Kebudayaan Tionghoa ke Indonesia
Pada awal abad pertama masehi, perdagangan antara Cina, India, dan daerah sekitar Laut Tengah melalui jalan sutera sangat ramai. Namun jalan darat ini menjadi tidak aman akibat banyaknya perampok. Para pedagang kemudian beralih melalui jalan laut yang terdekat, yaitu antara India dengan Cina dan berlabuh di Selat Malaka. Jalur perdagangan melalui Selat Malaka menjadi ramai, maka bermunculanlah bandar-bandar tempat para pedagang menjual dan membeli barang dagangan. Di Selat Malaka ini banyak pula para pedagang dari Indonesia, yang turut serta dalam perdagangan tersebut. Kontak perdagangan ini melibatkan pula para pedagang Indonesia. Para pedagang India dan Cina ini banyak yang membeli barang dagangan dari Indonesia, yaitu rempah-rempah, kayu cendana, emas, perak dan lain-lain. Cengkeh yang ketika itu merupakan salah satu hasil kepulauan Indonesia bagian timur menjadi barang dagangan yang sangat dicari oleh para pedagang India.
Dari sinilah kebudayaan China atau Tionghoa termasuk agama, dan kepercayaannya masuk ke indonesia karena pedagang china banyak singgah di indonesia dan akhirnya ada yang menetap di indonesia tapi ada juga yang kemudian melanjutkan perjalanan atau kembali ke China. Demikianlah hingga sampai saat ini budaya China atau Tionghoa termasuk Agama dan kepercayaannya telah berkembang pesat di Indonesia. Tetapi perjalanan mereka memperjuangkan perkembangan budaya mereka bisa dibilang sangat berliku tetapi akhirnya saat ini budaya mereka dapat diterima dan berkembang pesat di Indonesia.
Selasa, 22 Mei 2012
asal mula nama "klenteng"
Menelusuri asal mula nama
"klenteng"
-Klenteng atau Kelenteng adalah
sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di
Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan
tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka
klenteng dengan sendirinya disamakan sebagai tempat ibadah agama Konghucu.
-Tidak ada catatan resmi bagaimana
istilah "Klenteng" ini muncul, tetapi yang pasti istilah ini hanya
terdapat di Indonesia karenanya dapat dipastikan kata ini muncul hanya dari
Indonesia. Sampai saat ini, yang lebih dipercaya sebagai asal mula kata Klenteng
adalah bunyi teng-teng-teng dari lonceng di dalam klenteng sebagai bagian
ritual ibadah.
-Klenteng juga disebut sebagai bio
yang merupakan dialek Hokkian dari karakter 廟 (miao). Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Tiongkok.
-Pada mulanya 廟 "Miao" adalah tempat penghormatan pada leluhur 祠 "Ci" (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing
marga membuat "Ci" untuk menghormati para leluhur mereka sebagai
rumah abuh. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga
tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari
perjalanan waktu maka timbullah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian
dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal
sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku. Saat ini
masih di dalam "Miao" masih juga bisa ditemukan (bagian samping atau
belakang) di khususkan untuk abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para
sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam "Miao"
disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti
ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran
Buddha.
-Miao - atau Kelenteng (dalam bahasa
Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para
Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat
yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang
itu berasal.-Saat ini Miao (Kelenteng) bukan lagi milik dari marga, suku,
agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama.
Resume Sintia
Sejarah Agama Tao
Tidak
ada arti yang persis untuk kata Tao, namun dalam penerjemahannya—walaupun tetap
tidak pas—Tao diartikan sebagai “jalan”. "Tao yang dapat dibicarakan, bukanlah Tao yang
sebenarnya atau yang abadi; dan nama yang dapat diberikan, bukanlah nama yang
sejati." (Tao Te Cing 1:1)[1]. Dalam pembahasan selanjutnya arti kata Tao
sebagai berikut;
-
Tao diartikan sebagai jalan dari kenyataan terakhir
-
Tao diartikan sebagai jalan alam semesta.
-
Tao diartikan sebagai suatu petunjuk atau cara manusia dalam
menata hidupnya.
Sejarah awal Tao
Sejarah awal Tao dimulai dari kosmologi Orang China, alam yang
dilihat sebagai wadah (tempat) dan isinya terdiri dari benda-benda nyata atau
tampak dan benda-benda tidak nyata atau gaib sebagai unsur-unsurnya yang
dihidupkan oleh berbagai kekuatan yang mereka kenal dengan sebutan dewa-dewa
dan roh-roh. Alam ini mepunyai suatu pusat yang dikenal oleh orang China dengan
sebutan Thian (Tuhan Yang Maha Esa).
Dalam kitab Li-khi (kitab atau buku
upacara) dikatakan bahwa “ segala sesuatu yang ada di dunia nyata maupun di
dunia tidak nyata berasal dari langit (Thian) dan semua manusia berasal dari
leluhur”. Dari sini orang China meyakinkan bahwa Thian memiliki kuasa yang
sangat besar atas semua yang ada. Ada pembagian secara umum di dalam dunia
tidak nyata, yaitu pada tingkat tertinggi dari roh-roh dan berada di bawah
Thian adalah dewa-dewa (shem), tiap-tiap dari mereka mempunyai fungsi-fungsi
tetentu dalam dunia. Masing-masing memiliki peran dan tanggungjawab yang diemban.
Dalam kosmologi China juga dikenal
adanya unsur kebaikan dan kejahatan, setiap unsur itu saling berkaitan dan
tidak pernah bisa lepas dari pada manusia. Orang China juga memandang bahwa
roh-roh jahat ataupun dewa-dewa pelindung memiliki peran penting disini, karena
pandangannya bahwa mereka memiliki kekuatan ataupun kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan manusia. Disinilah timbul adanya ritus-ritus atau upacara
sesajian yang dilakukan orang China untuk menghormati atau alasan lain misalnya
teruntuk yang disembahnya. Adanya juga pengaruh dari pengertian Yin dan Yang,
oleh orang China ini dianggap keselarasan dan keseimbangan yang mesti dan
mutlak ada. Kemudian aturan yang terdapat dalam hal-hal yang kita praktekkan
sehari-hari, itu ada dalam aturan main Feng-Shui. Menurut orang China bahwa nasib seseorang
dapat juga disebabkan oleh perbuatan orang tuanya yang terdahulu (karma),
sehingga harus ditanggung oleh anaknya. Jika orang tua senang berbuat baik,
maka anaknya yang lahir juga menjadi baik atau dermawan kepada orang lain,
begitu pula sebaliknya. Orang China selalu melihat kejadian masa sekarang
dengan mengacu pada kejadian masa lalu.masa lalu, masa sekarang dan masa yang
akan datang selalu ada keterkaitannya.
Sejarah Perkembangan Agama Tao
Tidak
dapat diketahui pasti kapan agama Tao ini muncul, namun karena manusi terus berevolusi
dan jika kita lihat ke masa 5000 tahun lalu, kita mengenal tatkala sekelompok
suku berdiam di tepi Sungai Kuning (Huang He) di Tiongkok Utara. Disinilah
mulai tercium aroma ke-Tao-an. Suku bangsa ini masih belum memiliki identitas
kebangsaan. Mata pencaharian sehari- hari mereka adalah berburu, memancing,
memelihara ternak, serta bercocok tanam gandum dan padi-padian. Pada masa itu
mereka masih harus menaklukkan kekuatan-kekuatan alam, seperti amukan Sungai
Kuning atau hewan-hewan buas yang memangsa ternak mereka. Legenda menyebutkan
mengenai pemimpin-pemimpin mereka (kepala suku) yang memiliki kekuatan gaib
luar biasa, di mana pemimpin- pemimpin tersebut mampu menaklukkan kekuatan gaib
serta banjir Sungai Kuning
Livia Kohn
mengatakan: "Taoisme tidak pernah merupakan suatu agama yang terpadu, dan
terbentuk dari kombinasi [berbagai] ajaran yang didasarkan atas beraneka macam
sumber asli" (lihat buku karyanya yang berjudul "Taoist Mystical
Philosophy: The Scripture of Western Ascension," Albany: State University
of New York Press, 1991).
Masa
Klasik (700 - 220 SM)
Latar
belakang awal, Lao Zi dan Tao Te Cing
Setelah
beberapa ribu tahun kemudian muncullah dinasti Zhou menganut sistim feodal,
yakni orang-orang yang pernah berjasa pada raja diberi gelar kebangsawanan
secara turun temurun serta tanah-tanah kekuasaan. Jadi timbullah para bangsawan
yang memerintah wilayah-wilayan mereka sendiri, namun tetap bertanggung jawab pada
kaisar. Pada tahun 770 SM, Dinasti Zhou terpecah menjadi banyak negara-negara
feodal yang saling berperang, di mana masing-masing negeri feodal tersebut
sebelumnya telah dikuasai para bangsawan secara turun temurun. Periode
Peperangan ini disebut Periode Musim Semi dan Rontok (770 - 476 SM) dan
selanjutnya disebut dengan Masa Perang Antar Negeri (475-221 SM), tatkala
negara-negara terkuat tinggal tersisa tujuh negara. Para Periode Musim Semi dan
Rontok ini lahirlah para filosof besar, seperti Lao Zi yang terlah disinggung
pada bab 1. Lao Zi secara umum diakui sebagai pendiri dari Taoisme. Riwayat
singkat Beliau telah dibahas pada bab 1, sehingga pada kesempatan kali ini
tidak akan dibahas kembali. Sebagaimana yang kita ketahui, Beliau mewariskan
sebuah kitab yang disebut dengan Tao Te Cing
Sejarah Feng Shui
Ilmu Feng
Shui yang kita kenal saat ini merupakan sebuah metamorfosis yang telah ada
sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Berikut informasi sejarah perkembangan
ilmu Feng Shui di Tiongkok yang telah diselidiki oleh para pakar sejarahwan
kita dari jaman ke jaman :
1. Sebelum
dinasti Qin - masa pembentukan (abad 16 - abad 2 sebelum Masehi)
Pada
masa sebelum dinasti Qin ilmu Feng Shui dikenal dengan nama Bu Zhai,
yaitu metode peramalan dengan menggunakan cangkang kura-kura untuk menilai
sebuah lokasi menguntungkan atau tidak. Metode ini sama seperti dengan metode
peramalan Yi Jing dan juga dikenal sebagai Xiang Di atau ada yang
menyebutnya Xiang Zhai. Metode utama yang dipakai pada era ini masih
sederhana sekali, yaitu :
1)
Mengevaluasi bentuk - bentuk tanah dataran tinggi dan dataran rendah. 2)
Kecukupan air disebuah lokasi tempat, serta pola aliran air. 3) Kualitas tanah,
subur atau tidaknya. 4) Area lokasi dengan pusat kota. 5) Memenuhi syarat
penghijauan (banyak tanaman / pohon) atau tidak. Pakar - pakar yang ahli dalam
ilmu ini waktu itu disebut dengan istilah Fang Shi, atau seseorang yang
mempelajari ilmu alam dan ilmu metafisika.
2. Dinasti
Qin dan Han - masa perkembangan (abad 2 SM - abad 2 Masehi)
Pada
masa ini, ilmu Feng Shui mulai mengalami perkembangan yang mana mulai disebut
dengan istilah Kan Yu. Kan Yu adalah sebuah istilah bahwa manusia
mengerti kehendak alam semesta, sehingga dimana dia tinggal dia harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut tanpa ingin melawannya yang mana
konsep ini terkenal dengan istilah "Tian Ren He Yi". Satu
peristiwa penting yang bisa dicatat dalam masa ini adalah Feng Shui aliran bentuk
dan aliran kompas mulai terpecah dan masing-masing mulai membentuk teorinya.
Pakar
- pakar yang ahli dalam masa ini salah satunya adalah Huang Shi Gong dan
Zhang Liang. Mereka juga ahli strategi militer yang membantu berdirinya
dinasti Han.
3. Dinasti
Wei dan Jin - Istilah Feng Shui dibentuk (abad 2 - abad 4 Masehi)
“Zang Feng De Shui, Cheng Sheng Qi" adalah perkataan yang konon
ditulis oleh Guo Pu dalam bukunya yang berjudul Zang Shu. Guo Pu
adalah seorang ilmuwan Taoisme yang juga seorang sastrawan tersohor waktu itu.
Sedangkan kitab Zang Shu membahas mengenai bagaimana seseorang yang
telah meninggal seyogyanya dimakamkan menurut kaidah-kaidah Feng Shui agar
memberikan kemakmuran bagi anak-cucunya. Konsep utama dari kitab Zang Shu
rupanya telah mengilhami banyak para pakar Feng Shui di masa-masa berikutnya.
4. Dinasti
Sui, Tang, dan 5 dinasti - penyebaran ilmu Feng Shui di seluruh wilayah
Tiongkok (abad 4 - abad 9 Masehi)
Pada masa ini ilmu Feng Shui telah mengalami banyak kemajuan dibanding dengan masa
sebelumnya, karena :
1) Sistim
kerajaan berupa Meritokrasi, yaitu siapa yang memiliki jasa akan dipromosikan
oleh kerajaan, sehingga sistim ujian kenegaraan telah memiliki peranan yang
sangat penting dan dalam ujian tersebut sudah tentu menyangkut ilmu alam
termasuk Feng Shui yang kita kenal saat ini.
2) Yang
Yun Song, seorang pustakawan dinasti Tang telah memformalisasikan aliran
bentuk dengan istilah Xing Shi Pai atau ada yang menyebut aliran ini Jiangsi
Pai.
3)
Terciptanya konsep dasar Feng Shui, yang disebut dengan Huang Di Zhai Jing
Pakar - pakar yang ahli dalam masa ini cukup banyak, antara lain : Qiu Yan
Han, Si Ma Tou Tuo, Yang Yun Song, Ceng Qiu Ji, Ceng Wen Chan, Liao Yu, Huang
Miau Ying dan masih banyak lagi lainnya.
5. Dinasti
Song - masa keemasan Feng Shui (abad 9 - abad 12 Masehi)
Ada 3
peristiwa penting yang bisa diambil pada masa ini, yaitu :
1)
Perbedaan antara Feng Shui aliran bentuk dan aliran kompas menjadi begitu
nyata. 2) Penggunaan kompas Feng Shui, yang kita sebut dengan Luo Pan mulai
umum. 3) Aliran kompas menjadi semakin populer daripada aliran bentuk, dan pada
masa ini telah tercatat lebih dari 120 macam aliran Feng Shui kompas.
Pakar - pakar yang ahli dalam masa ini antara lain : Chen
Xi Yi, Wu Jing Luan, Liao Jin Jing, Lai Wen Jun, dan masih banyak lagi
lainnya.
6. Dinasti
Yuan - masa kehilangan ilmu Feng Shui (abad 12 - abad 13 Masehi) Ini adalah masa yang paling suram
bagi ilmu Feng Shui, dimana pada masa ini raja-raja dinasti Yuan adalah
orang-orang Mongolia (bangsa asing) yang mana mereka menjajah Tiongkok dengan
berusaha menekan kebudayaannya agar tidak dapat berkembang. Dalam dinasti ini
banyak sekali buku-buku Feng Shui yang dibakar, sehingga kita kehilangan jejak
selama hampir 100 tahun. Tidak ada satu pakar-pun yang tercatat pada masa ini.
7.
Dinasti Ming dan Qing - Ilmu Feng Shui dipelajari oleh orang awam (abad 13 - 19
Masehi)
Setelah dinasti Yuan digulingkan dan berdirinya dinasti Ming, ilmu Feng Shui
sudah mulai berkembang lagi, akan tetapi ilmu ini sudah dipelajari oleh banyak
orang awam dan tidak terbatas pada kaum cendekiawan kerajaan saja. Pada masa
ini ada beberapa peristiwa penting yang bisa dicatat :
1) Konsep San
Yuan Jiu Yun (3 era 9 periode) mulai diperkenalkan. 2) Pembedaan antara
aliran San He dan aliran San Yuan semakin jelas. 3) Teori-teori
dan aliran Feng Shui semakin banyak yang berlawanan, membingungkan dan saling
menjatuhkan. 4) Karena kehilangan masa 100 tahun dijajah oleh orang Mongolia,
banyak aliran yang membawa kembali ideologi Feng Shui dinasti Song dan Tang
tanpa latar belakang yang jelas dan saling berlawanan. 5) Pada dinasti Qing,
Feng Shui bintang terbang menjadi semakin populer. Pakar-pakar yang ada pada
masa ini cukup banyak, antara lain : Liu Bo Wen, Leng Qian, Mu Jiang Chan
Shi, Jiang Da Hong, Zhang Jiu Yi, Jiang Yao, Zhang Zhong Shan, Wen Ming Yuan,
Ma Tai Qing, Shen Zhu Reng, Zhang Xin Yan, dan banyak lagi lainnya.
8.
Berdirinya RRC - Ilmu Feng Shui dipelajari di seluruh dunia (abad 19 -
sekarang)
Setelah
berdirinya RRC, Feng Shui mulanya dianggap sebagai ilmu takhayul dan
membodohkan rakyat sehingga praktek-praktek ini mulanya dilarang oleh negara
selama 50 tahun lebih dan hanya dipraktekkan di negara Hong Kong, Taiwan, dan
negara-negara Asia Tenggara. Karena pemerintah RRC saat ini masih bersikap
skeptis terhadap ilmu ini (tidak dilarang maupun didukung), sedangkan para
perantauan Tionghoa sudah menyebar luas diseluruh dunia, maka keadaan di luar
negeri tenang-tenang saja dan dapat menyebarkan ilmu ini secara bebas. Sebagian
dari mereka bertujuan untuk meneruskan kebudayaan dan tradisi, sedangkan
sebagian yang lain bermaksud komersialisasi, sehingga dengan kemajuan teknologi
informasi dan transportasi saat ini menyebabkan ilmu ini banyak mengundang
peminat dari seluruh dunia tanpa batasan. Pakar-pakar modern yang tercatat pada
masa sekarang (almarhum) antara lain : Tan Yang Wu, You Xi Yan, Rong Bai
Yun, Kong Zhao Su. [2]
RIWAYAT HIDUP LAO TZE
DAN KITAB SUCI AGAMA TAO
I.Riwayat
Hidup Lao-tse
A.Sejarah
Hidup Lao-tse
Pakar
sejarah Huston Smit menjelaskan, bahwa Taoisme yang ada di China termasuk agama
terbesar kedua dari Agama Buddha, berasal dari seorang pemikir yang bernama
Lo-tse. Beliau Lahir di negeri China pada tahun 640 S.M. Ahli sejarah
China,Ssuma Ch’ien(145-860) menyatakan bahwa identitas dan sejarah pribadi
Lao-tse masih misterius, seperti Tao itu sendiri.
Dikatakan
juga bahwa dia hidup tiga abad kemudian dari tahun tersebut(640 SM), sedangkan
sarjana lain meragukan tokoh yang unik ini, apakah dia benr-benar ada atau
hanya dongeng saja yang berkembang dalam masyarakat China. Kata para sarjana
yang meragukan keberadaan beliau, bahwa jika benar Lao-tse itu ada dan pernah hidup di dunia,
maka sama sekali tidak pernah tahu tentang siapa nama yang sebenarnya. Lao-tse,
yang diterjemahkan sebagai ‘putra tua”,’sahabat tua”,atau ‘sang guru tua”, atau
sering juga kita terjemahkan sebagai “guru”, merupakan gelar kecintaan dan
penghormatan kepada seseorang dan bukan namanya. Demikian menurut para sarjana
yang meragukan keberadaan Lao-tse tersebut, dan diikuti oleh sebagian orang
China yang tidak mempercayainya. Dapat dikatakan bahwa Lao-tse memang
benar-benar ada dan hidup pada tahun 640 SM. Tapi karena tidak banyak orang
yang berjumpa dengannya, dan kurangnya bukti-bukti sejarah yang menejlaskan
tentangnya, maka banyak sarjana yang meragukan keberadaanya. Berdasarkan kitab
Tao-te-ching sudah dapat menjelaskan keberadaan Lo-tse didunia.
Menurut
Huston Smith, bahwa gambaran mengenai keseluruhn pribadi Lao-tse didasarkan pada
buku kecil(tao-te-ching) yang diyakini ditulisannya sendiri tanpa bantuan orang
lain. Ada juga sebagian orang menganggap bahwa buku kecil tersebut adalah bukan
ditulis oleh Lao-tse tapi orang yang hidup setelah beliau. Buku tersebut
memberitakan bahwasannya Lao-tse adala petapa yang hidup dalam kesepian dan senang menyendiri,
tetapi dia adalah sosok yang humoris atau orang yang senang bergaul dan
menyenangkan semua orang, sehingga disimpulkan dia memiliki dua kepribadiaan
yang berbeda. Sehubungan dengan dia senang bertapa atau menyendiri, para ahli
agama dan filsafat berpendapat bahwa tokoh Lao-tse ini memiliki ajaran-ajaran
yang mistisem atau tasawuf dalam ajaran islam yang dipraktekkan oleh banyak
fiosouf muslim dinegara-negara Timur Tengah dimasa lampau.
II.
Gagasan Lao-tze
Tokoh
Lao-tze mempunyai ide-ide atau gagasan yang terdapat dalam Tao te Ching, yang
mencakup definisi, khususnya ungkapan-ungkapan kata-kata yang terdapat dalam
yijing atau yaking(kitab perubahan), yang menjelaskan teori tentang yin dan
yang,yang menyebabkan terjadinya sesuatu didunia ini dan juga dapat
menghancurkan satu dengan lainnya.
Sebuah
model alternatif,model ini selalu dikombinasikan dengan Yang dan Yin,Yang
didasarkan pada wu xing,suatu pengertian dengan berbagai cara dengan yang
diterjemahkan sebagai lima elemen atau lima bagian, lima agen, lima fase atau
tahap, atau lima kualitas operasional. Kayu,api,tanah,logam, dan air: wu xing
berhubungan dengan lima pengertian, lima organ dalam, lima suara,lima
warna,lima kebaikan,lima hubungan.
-
Mereka(Yang dan Yin) mengontrol petunjuk
dalam(timur,barat,utara,selatan, dan tengah).
-
Mereka(Yang dan Yin) melahirkan yang lainnya
atau yang ada dialam ini:Kayu menghiduokan api,api menghidupkan bumi,bumi
menghidupkan logam, dan logam menghidupkan air.
-
Mereka juga mengontrol semua yang ada
dibumi:air mengontrol api,api mengontrol logam,logam mengontrol bumi,bumi
mengontrol air.
II.
Kitab-Kitab Suci Agama Tao
1.
Kitab Lie ezi menjelaskan mengenai Tao dan
perubahan-perubahannya sepanjang sejarah, serta menjelaskan tentang penciptaan
alam ini.
2.
Kitab Tao Te Cing, merupakan pemikiran dari
Lao-tze yang dijadikan buku pedoman moral dan etika bagi banyak orang. Sebagian
orang atau para ahli ada yang menganggap bahwa ada kemungkinan Lao-tze
merupakan tokoh mitologi yang tidak pernah dijumpai oleh kebanyakan orang
didunia ini, karena kisah-kisah seputar dia sangat unik yang tidak pernah
dijumpai oleh kebanyakan orang didunia ini. Kemungkinan-kemungkinan seperti
ini juga sulit untuk dibuktikan, karena
kesulitan untuk menemukan data untuk membuktikan hal tersebut.
Berdasarkan
ajaran Tao te Ching bahwa kehidupan yang abadi ditemukan dalam kehampaan. Dari
kehampaan bersemi kegunaan. Ruang kososng didalam gelisah yang membuat gelas
itu menjadi bermanfaat untuk orang banyak, karena tanpa ada ruang kosong
didalamnya, maka gelas tersebut tidak akan dapat diiisi dengan air, dan
akhirnya tidak akan bermakna bagi semua orang. Kitab suci tao te Ching adalah
kesusasteraan yang paling tinggi, baik dalam segi gaya maupun dalam segi
kaligrafi.
Kitab ini adalah kesusasteraan yang paling
tinggi, baik dalam segi gaya maupun dalam segi kaligrafi.
3.
Kitab Liezi atau Lieh-tzu, dianggap sebagai
kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat
Resume Yin Yang
- Filsafat Yin Yang
“Dalam
perubahan terdapat Awal Utama Agung (Tai Chi). Awal ini menghasilkan dua daya
utama. Kedua daya utama menghasilkan empat citra. Empat citra menghasilkan
delapan trigram.” (I Ching, Bab 11 dalam Liu 1986, 24)
Fondasi
pemikiran masyarakat China adalah kepercayaan pada alam semesta kosmis yang
tunggal, suatu Ketunggalan yang tanpa awal atau akhir. Filsafat yang lebih tua
daripada aliran filsafat China manapun adalah berbagai kepercayaan mendasar
yang membantu orang China memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan
dunia: pada awalnya, dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut Wu
Chi. Kehampaan ini digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk
oleh garis putus-putus. Dari kehampaan ini, muncullah kegiatan yang
diekspresikan sebagai Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan
ketidakgiatan dalam bentuk lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi di antara
kegiatan dan ketidakgiatan ini disebut tai chi, yang diperlihatkan sebagai
lingkaran Yin-Yang, setengah hitam dan setengah putih.
Garis-garis
yang tersusun dalam trigram oleh Kaisar Fu His (2852-2738 SM). Ia melihat
adanya pola pada cangkang kura-kura yang pada waktu itu umum digunakan sebagai
ramalan. Dua trigram ekstrem adalah Ch’ien (tiga garis lurus) yang merupakan
trigram Kreatif dan K’un (tiga garis putus) yang merupakan trigram Menerima. Ada
8 tiagram yang kedelapan trigram itu dikombinasikan menjadi 64 heksagram.
Teori ini
menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan alam masyarakat China. Kalender lunar
(berdasarkan perputaran bulan) yang telah dikembangkan sekitar tahun 1200 SM
berakar pada teori ini. Demikian pula halnya dengan tradisi penyembuhan China
yang menggunakan jejamuan dan akupunktur.[1]
Yin
merujuk kepada ciri-ciri kelembutan, kepasifan, kewanitaan, kegelapan, lembah,
dan yang negative, ketidakberadaan. Di lain pihak, Yang mengacu pada ciri-ciri
seperti sifat kekerasan, kejantanan, kecerahan, gunung, kegiatan, keberadaan.
Semua
energi aktif terwujud sebagai dualistas Yin-Yang. Ketidakberadaan menyertai
keberadaan. Wujud Tao itu sendiri merupakan perubahan yang ditentukan oleh
aliran alami kutub energi. Energi itu tidak statis, bukan suatu objek pasti.
Yin-Yang
menghasilkan suatu keseimbangan dinamis antara daya gerak dan sikap diam,
antara keaktifan dan kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke
pusatnya. Kesatuan dari hal-hal yang bertentangan pun berkembang.
Pa
Kua (Ba Gua) adalah delapan diagram atau simbol yang merupakan dasar
sistem kosmogoni dan falsafat Cina kuno. Dilihat dari asal
katanya, "Ba" berarti delapan, sedangkan "Gua" adalah
trigram (tiga garis). Setiap Gua terdiri dari tiga simbol Yao.Simbol Yao
melukiskan bentuk Yin atau Yang. Menurut sejarah, orang pertama yang Pa Kua
adalah Kaisar Fu Shi (± 2800 sebelum Masehi). Menurut kosmogoni Cina kuno,
untuk menggambarkan keempat musim yang membentuk Yin dan Yang, digunakan garis
utuh dan garis bersela. Kombinasi dari empat garis utuh dan garis bersela
merupakan lambang dari langit,angin, air, gunung, bumi, guntur, api,
dan tanah rendah. Di bagian tengah dari suatu Pa Kua terdapat bagan yang
melambangkan asas Taichi.
Pa Kua
memiliki sembilan bidang yang membentuk bidang oktagon. Ahli Feng Shui
Cina menggunakan Pa Kua untuk memprediksi nasib Kedelapan simbol
trigram melambangkan delapan area hidup yang meliputi: karier, anak,
pengetahuan, teman, keluarga, popularitas, dan hubungan jodoh. Bidang
kesembilan dari Pa Kua terdapat pada bagian tengah oktagon yang dapat diartikan
sebagai anda, hidup, dan vitalitas (Taichi).
Penjelasan
gambar :
- Arah selatan dengan lambang
satu garis putus di tengah dua garis lurus disebut dengan “Li”, warna
keberuntungan merah, unsur api lebih dominan, ketenaran, terjadi musim
panas.
- Arah utara dengan lambang satu
garis lurus di tengah dua garis putus disebut dengan “K’an”, warna
keberuntungan hitam, unsur air lebih dominan, pekerjaan, terjadi musim
gugur.
- Arah timur dengan lambang dua
garis putus di atas satu garis lurus disebut dengan “Chen”, warna
keberuntungan hijau, unsur kayu lebih dominan, keluarga, terjadi musim
semi.
- Arah barat dengan lambang satu
garis putus di atas dua garis lurus disebut dengan “Tui”, warna
keberuntungan putih, unsur logam lebih dominan, anak/keturunan, terjadi
musim dingin.
- Arah barat laut dengan lambang
dua garis lurus diatas satu garis putus disebut dengan “Hsun”, warna
keberuntungan ungu, merah, unsur angin lebih dominan, kekayaan.
- Arah timur laut dengan lambang
tiga garis putus disebut dengan “K’un”, warna keberuntungan merah muda,
putih, sebagai bumi, pernikahan.
- Arah barat daya dengan lambang
satu garis lurus di atas dua garis putus disebut dengan “Ken”, warna
keberuntungan biru tua,hijau tua, sebagai gunung, penanaman diri.
- Arah tenggara dengan lambang
tiga garis lurus disebut dengan “Chien”, warna keberuntungan abu-abu,
putih, hitam, dermawan.
Asal-Usul
Alam menurut Kosmologi China
Keterangan
tentang terbentuknya alam semesta menurut pemikiran Cina terdapat dalam kitab
Yi Jing, kitab ini menjadi rujukan utama untuk memahami konsep kosmologi (ilmu
tentang alam semesta). Teori asal-usul dunia yang terdapat dalam kitab Yi Jing
disepadankan dengan teeori kosmologi/fisika yang menyatakan bahwa terciptanya
alam semesta dimulai dengan sebuah ledakan besar yang melahirkan
materi-materi dengan tingkat kepadatan tinggi, yang terus berputar menghasilkan
galaksi, tata surya dan planet.
Menurut
salah satu penafsiran, kitab Yi Jing, pada awalnya adalah kehampaan, tidak ada
dunia. Untuk sekali waktu yang ada hanyalh kehampaan. Setelah kehampaan disusul
oleh kekacauan. Kehampaan berganti kekacauan dengan tingkat energi yang tinggi.
Setelah terjadi kekacauan muncullah gas, disusun energy serta materi-materi.
Alam semesta disini masih dalam bentuk yang tak jelas dengan gerakan yang tak
teratur. Sampai saat, muncullah keteraturan atau hukum alam atau azas alam.
Hukum ini mengatur materi-materi yang tersebar di alam, hingga saat alam
semesta menampilkan bentuknya mendekati seperti yang ada sekarang.
Fungsi
dari alam semesta mencapai kesempurnaan setelah munculnya Tai Ji. Tai Ji
merupakan perpaduan unsurb Yin dan Yang. Perpaduan Yin dan Yang inilah
yang membuat alam menjadi berjalan seimbang dan harmonis.
Konsep Dao
Konsep Yin
dan Yang juga berpengaruh dalam memberi arti pada Dao. Dalam pengertian ini,
Dao diartikan sebagai 1 (satu) Yin dan 1 (satu) Yang. Dao berarti adalah
keseimbangan sempurna, karena telah mengandung Yin-Yang. Dengan
kesempurnaannya, Dao merupakan standar bagi seluruh alam ini.
Dao
menghasilkan ketunggalan (Yin dan Yang). Dari ketunggalan dihasilkan dwitunggal,
yaitu langit dan bumi, dari dwitunggal ini dihasilkan tritunggal yaitu manusia,
untuk kemudian menghasilkan segala benda. Oleh karena itu, dapat dikatakan :
standar manusia adalah bumi, standar bumi adalah langit, standar langit adalah
Dao, dan standar Dao adalah kealamian (ziran).
Yin dan Yang dalam Hubungan
“Yin
dan Yang bergabung Ketika keduanya diterima sebagai kebenaran Larut menjadi
suatu sintesis Menjadi ketunggalan yang tidak terbatas yaitu: Anda!”
(C.
Alexander Simpkins)
Hubungan
Timbal Balik
Dalam
teori psikologi yang secara luas diterima tentang cara berkembangnya anak-anak
menjadi dewasa, Jean Piaget menyatakan bahwa fungsi intelektual yang matang
mensyaratkan kita untuk melangkah keluar dari persepsi kita sendiri dan secara
imajinatif memasuki persepsi orang lain. Tanpa melakukan hal ini, perkembangan
intelektual akan terhambat dan terbatas. Bagi orang yang waras dan matang,
keberadaan kita bukanlah pusat dari alam semesta.
Hubungan timbal balik adalah suatu pengertian fundamental tentang realitas.
Kita mencakupkan hubungan ini dalam pengertian tentang orang lain, benda, dan
peristiwa.
“Seiring
tumbuhnya anak menjadi lebih besar, mereka tidak lagi menganggap ekspresi
seperti “di depan” atau “di balik” dalam pengertian mutlak yang mengindikasikan
ciri objek. Sebaliknya, mereka mulai menangkap ciri relasional dari objek-objek
di dunia. Istilah seperti “asing” tidak dianggap menandakan suatu ciri mutlak
dari orang yang bersangkutan, melainkan lebih merupakan suatu relasi timbal
balik. Jadi, jika A asing bagi B, maka B asing bagi A. Dalam suatu hubungan
timbal balik, si individu dapat melihat dari sudut pandang orang lain, dan
bukan semata-mata dari sudut pandangnya sendiri. ” (Piaget, dalam Rosen 1977,
54)
Piaget
menunjuk sesuatu yang telah lama dianut oleh Taoisme: sudut pandang yang matang
mengenai realitas didasarkan pada pemahaman atas hubungan yang sejati. Menjadi
satu dengan kodrat intuitif segala hal dan pemahaman hubungan akan terjadi
dengan sendirinya. Melalui visi Yin dan Yang, hubungan menjadi seimbang ketika
persepsi juga merengkuh sudut pandang orang lain.
Perkembangan dalam hidup bersifat interaktif, tidak satu arah. Orang tua
mempengaruhi anak, dan anak pun memberikan dampak terhadap orang tua. Masyarakat
mempengaruhi para anggotanya, sebagaimana para individunya pun dapat memberikan
perubahan yang langgeng dalam masyarakat. Semuanya berada dalam suatu interaksi
bersama.
Lima Unsur
Segala
sesuatu yang kita jumpai terdiri dari lima unsur yang dipercayai orang China
sebagai dasar kehidupan: air, kayu, logam, tanah, dan api. Karena mereka
menganggap bahwa keseluruhan alam semesta terus-menerus berubah dan selalu
berganti, maka unsur-unsur pun selalu berganti melalui interaksi satu sama lain.
Sejumlah interaksi bersifat saling melengkapi, tetapi ada pula yang saling
bertentangan. Misalnya, kayu menghasilkan api sehingga keduanya saling
melengkapi. Sedangkan air menyingkirkan api, sehingga kedua unsur ini menjadi
pasangan yang saling bertentangan. Kalau kita menyimak dunia di sekitar kita,
maka kita akan menyaksikan bagaimana unsure-unsur berubah. Kita dapat mengamati
daur yang destruktif, sebagai contoh: ketika air menguap atau kayu yang
membusuk. Tetapi sebaliknya, terjadi daur yang regenerative, misalnya: ketika
air mengembun dan pepohonan baru tumbuh. Orang China percaya bahwa benda memang
ada, tetapi keberadaan itu dibatasi waktu di dalam daur perubahan yang tidak
terelakkan.
Sebuah
model alternative, model ini selalu dikombinasikan dengan Yang dan Yin yang
didasarkan pada Wuxing, suatu pengertian dengan berbagai cara yang
diterjemahkan sebagai lima elemen atau lima bagian, lima agen, lima fase atau
tahap, atau lima kualitas operasional. kayu, api, tanah, logam, dan air: Wuxing
berhubungan dengan lima pengertian, lima organ dalam, lima suara, lima warna,
lima kebaikan, dan lima hubungan.
-
Mereka (Yang dan Yin) mengontrol petunjuk (Timur, Barat,
Utara, Selatan dan Tengah).
-
Mereka (Yang dan Yin) melahirkan yang lainnya atau yang ada
di alam ini : kayu menghidupkan api, api menghidupkan bumi, bumi menghidupkan
logam, dan logam menghidupkan air.
-
Mereka juga mengontrol semua yang ada di bumi : air
mengontrol api, api mengontrol logam, logam mengontrol bumi, bumi mengontrol
air.
Uraian
pola yang lebih banyak lagi terdapat dalam delapan trigram dan 66 heksagram
dari perubahan-perubahan klasik dan 10 cabang yang amat menyenangkan
(kesurgaan) dan 12 batang (dahan) keduniaan yang dipergunakan untuk perhitungan
dan menghitung ramalan.
Terdapat
dalam unsur alam yang baik/Yin tersebut atau cerminan dari unsur Yang tapi
bersifat tidak nyata, ialah roh-roh leluhur, roh-roh selain leluhur, dan
dewa-dewa, seperti dewa bumi, Tso Chun (dewa dapur), dewi Kwan Im, atau Guan
Yin, dewa Kwan Kong atau Guan Gong, Tin Haw dan lain-lain yang menjadi
pelindung hidup orang Cina, dan selalu di puja. Dari semua dewa ini, Kwan Im
dianggap sebagai tokoh buddha, Kwan Kong dianggap sebagai tokoh konfusius dan
Tin Haw dianggap sebagai dewi tao. Semua roh dan dewa yang disebutkan
diatas dikelompokkan oleh orang cina sebagai Shen yang dapat diartikan sebagai
roh atau jiwa. sedangkan unsure alam yang tidak baik merupakan cerminan dari
unsure Yin yang bersifat tidak nyata ialah Kwei yang juga dikenal sebagai
hantu-hantu atau siluman.
Berdasarkan
keyakinan orang China, salah satu cara untuk menghindarkan manusia dari
pengaruh tidak baik yang datang dari roh-roh leluhur adalah memakamkan orang
tuanya atau leluhur mereka sesuai dengan aturan-aturan ilmu feng shui yaitu
dimulai dari menentukan tempat pemakaman, melakukan pemujaan leluhur dan
memberikan kebutuhan-kebutuhan oleh leluhur. Dapat juga dengan menempatkan
bhaat gwa (sebuah kaca atau gambar yang memiliki delapan sisi dan setiap sisi
mewakili arah mata angin) di tempat-tempet yang dianggap oleh ahli feng shui
memiliki pengaruh jahat, seperti di atas pintu dan juga menggunakan phu atau
jimat yang mereka dapar dari loya atau dukun ataupun dari ahli feng shui.
Resume Wu Wei
Konsep Wu Wei dalam Agama Tao
Wu Wei di artikan sebagai “tanpa berbuat”, “dapat bertindak” atau sarjana barat dapat mengartikannya dengan istilah “no action”. Dalam konsep Tao, Wu Wei bukanlah hanya sekedar sebutan dan hanya di fahami diri manusia, tapi harus digunakan dalam kehidupoan sehari-hari. Konsep ini yang unik untuk seseorang memperoleh keberhasilan dalam sebuah tindakan yang dilakukan dalam hidup ini, baik berupa bekerja, dan jasa yang dianggap tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan cara yang cukup menarik perhatian orang banyakdan penasaran untuk ingin mencoba prakteknya.
Tao memiliki konsep yang unik untuk seseorang memperoleh keberhasilan dalam sebuah tindakan yang dilakukan dalam hidup ini, baik berupa bekerja, dan apa saja yang dianggap tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan cara yang cukup menarik perhatian orang banyak dan penasaran untuk rasa ingin tahudan mencoba mempraktekkannya. Para penganut agama Tao atau para pengikut setia Lao-tze menyebutnya dengan istilah Wu Wei. Wu Wei dapat di artikan “tanpa berbuat”, “dapat bertindak” atau sarjana Barat dapat mengartikannya dengan istilah “non action”. Dalam konsep agama Tao, Wu Wei tersebut bukanlah hanya sekedar sebutan dan hanya di fahami diri manusia, tapi harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari
A. Filsafat Wu Wei
Wu Wei merupakan konsekuensi logis filsafat tao. Segala sesuatu berjalan sesuai garis edarnya. Hidup ini tumbuh atau berkembang pada jalannya. Manusia terlahir di dunia, kemudian hidup dan akhirnya mati. Tanpa ada usaha yang dilakukan oleh manusia, maka siang akan berganti menjadi malam air mengalir dari tempat yang tinggi ke rendah. Jika ada air yang mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi, itu berarti tidak lagi berjalan sesuai dengan aturab Wu Wei, namun sudah ada pemaksaan dari manusia,dengan dibantu oleh alat lain. Tanpa usaha manusia pun pohon kecil akan menjadi besar, anak kecil akan tumbuh menjadi dewasa, orang dewasa akan menjadi tua dan mati.
Prinsip tanpa tindakan tergantung pada keyakinan yang mendalam terhadap naluri alam. Dorongan dan naluri telah ada dalam diri manusia. Jika manusia membiarkan hal itu berkembang, mereka akan dapat mewujudkan semua potensi yang ada pada dirinya, manusia dianjurkan untuk menyelaraskan diri kepada alam dan membiarkan sesuatu bekerja dengan dengan sendirinya, tanpa ada unsur paksaan.
B. Wu Wei dalam Pemerintahan
Sistem pemerintahan raja-raja masa lampau dan berlaku dala kekaisaran. Satu-satunya yang banyak dirujuk dalam Tao te Ching adalah Tao itu sendiri, karena Tao diyakini sebagai sumber segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.banyak gagasan tentang kebijakan pemerintah juga berlaku untuk manajemen maupun kehidupan sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga. Karena dalam memimpin rumh tangga juga dibutuhkan managemen, meskipun managemen yang sangat sederhana,namuntidak sedikit orang yang gagal dalam kehidupan rumah tangga, alasannya bermacam-macam, mulai dari ketidak cocokkan satu dengan yang lainnya akibat tidak mau saling mengalah, sampai kepada adanya “ orang ketiga” yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
Prinsip tanpa tindakan tidak hanya berlaku untuk aspek-aspek tertentu saja, tapi juga berlaku dalam semua aspek kehidupan manusia selama ini. Banyak para ahli mengatakan bahwa politik taois dapat disamakan dengan konsep Eropa laise-faire yaitu pemerintahan yang paling sedikit memerintah adalah pemerintah yanga baik dan bijaksana.
Begitu juga dengan hukum dan undang-undang yang berlaku dalam sutu negara, di usahakan jangan terlalu banyak pembatasan kepada rakyat, sehingga banyak menimbulkan banyak persoalan, karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu persoalan, lao-tse, chuang tsu, dan lien tsu, sama-sama meyakini bahwa larangan yang telalu banyak terhadap rakyat dapat menciptakan rakyat menjadi memberontak akibat ketidaksetujuan dan menimbulkan kemiskinan.
Wu Wei di artikan sebagai “tanpa berbuat”, “dapat bertindak” atau sarjana barat dapat mengartikannya dengan istilah “no action”. Dalam konsep Tao, Wu Wei bukanlah hanya sekedar sebutan dan hanya di fahami diri manusia, tapi harus digunakan dalam kehidupoan sehari-hari. Konsep ini yang unik untuk seseorang memperoleh keberhasilan dalam sebuah tindakan yang dilakukan dalam hidup ini, baik berupa bekerja, dan jasa yang dianggap tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan cara yang cukup menarik perhatian orang banyakdan penasaran untuk ingin mencoba prakteknya.
Tao memiliki konsep yang unik untuk seseorang memperoleh keberhasilan dalam sebuah tindakan yang dilakukan dalam hidup ini, baik berupa bekerja, dan apa saja yang dianggap tindakan yang dilakukan oleh manusia dengan cara yang cukup menarik perhatian orang banyak dan penasaran untuk rasa ingin tahudan mencoba mempraktekkannya. Para penganut agama Tao atau para pengikut setia Lao-tze menyebutnya dengan istilah Wu Wei. Wu Wei dapat di artikan “tanpa berbuat”, “dapat bertindak” atau sarjana Barat dapat mengartikannya dengan istilah “non action”. Dalam konsep agama Tao, Wu Wei tersebut bukanlah hanya sekedar sebutan dan hanya di fahami diri manusia, tapi harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari
A. Filsafat Wu Wei
Wu Wei merupakan konsekuensi logis filsafat tao. Segala sesuatu berjalan sesuai garis edarnya. Hidup ini tumbuh atau berkembang pada jalannya. Manusia terlahir di dunia, kemudian hidup dan akhirnya mati. Tanpa ada usaha yang dilakukan oleh manusia, maka siang akan berganti menjadi malam air mengalir dari tempat yang tinggi ke rendah. Jika ada air yang mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi, itu berarti tidak lagi berjalan sesuai dengan aturab Wu Wei, namun sudah ada pemaksaan dari manusia,dengan dibantu oleh alat lain. Tanpa usaha manusia pun pohon kecil akan menjadi besar, anak kecil akan tumbuh menjadi dewasa, orang dewasa akan menjadi tua dan mati.
Prinsip tanpa tindakan tergantung pada keyakinan yang mendalam terhadap naluri alam. Dorongan dan naluri telah ada dalam diri manusia. Jika manusia membiarkan hal itu berkembang, mereka akan dapat mewujudkan semua potensi yang ada pada dirinya, manusia dianjurkan untuk menyelaraskan diri kepada alam dan membiarkan sesuatu bekerja dengan dengan sendirinya, tanpa ada unsur paksaan.
B. Wu Wei dalam Pemerintahan
Sistem pemerintahan raja-raja masa lampau dan berlaku dala kekaisaran. Satu-satunya yang banyak dirujuk dalam Tao te Ching adalah Tao itu sendiri, karena Tao diyakini sebagai sumber segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.banyak gagasan tentang kebijakan pemerintah juga berlaku untuk manajemen maupun kehidupan sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga. Karena dalam memimpin rumh tangga juga dibutuhkan managemen, meskipun managemen yang sangat sederhana,namuntidak sedikit orang yang gagal dalam kehidupan rumah tangga, alasannya bermacam-macam, mulai dari ketidak cocokkan satu dengan yang lainnya akibat tidak mau saling mengalah, sampai kepada adanya “ orang ketiga” yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
Prinsip tanpa tindakan tidak hanya berlaku untuk aspek-aspek tertentu saja, tapi juga berlaku dalam semua aspek kehidupan manusia selama ini. Banyak para ahli mengatakan bahwa politik taois dapat disamakan dengan konsep Eropa laise-faire yaitu pemerintahan yang paling sedikit memerintah adalah pemerintah yanga baik dan bijaksana.
Begitu juga dengan hukum dan undang-undang yang berlaku dalam sutu negara, di usahakan jangan terlalu banyak pembatasan kepada rakyat, sehingga banyak menimbulkan banyak persoalan, karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu persoalan, lao-tse, chuang tsu, dan lien tsu, sama-sama meyakini bahwa larangan yang telalu banyak terhadap rakyat dapat menciptakan rakyat menjadi memberontak akibat ketidaksetujuan dan menimbulkan kemiskinan.
Pengertian Feng
Shui
Kata
Feng Shui sendiri berasal dari gabungan kata Feng yang berarti angin (arah) dan
Shui yang berarti air (tempat). Jika dianalisa dari kata Feng Shui, maka
kemungkinan besar ilmu ini sudah ada dan berkembang bahkan sebelum bangsa
Tiongkok kuno mengenal kompas, dimana penentuan kondisi suatu tempat yang baik
pada mulanya hanya melihat perpaduan unsur air dan angin saja.
Berkembang
pesatnya Taoism pada saat itu menumbuhkan berbagai bidang ilmu Tao () yang
salah satunya adalah Feng Shui. Feng Shui berkonsep pada penalaran yang sangat
logis dan ilmiah. Konon ilmu peramalan ini sangat dipercaya oleh raja-raja
Tiongkok, sehingga para ahlinya dijadikan penasehat kerajaan. Ahli peramalan
pada saat itu adalah kedudukan yang penting karena dipercaya mempunyai kekuatan
supranatural dan mengetahui rahasia alam. Untuk melindungi posisi ini maka ilmu
peramalan ini tidak diajarkan secara luas, hanya diajarkan secara
turun-temurun.
Logika dasar dari Feng Shui itu singkatnya
sebagai berikut:
Alam ini
adalah susunan gabungan unsur-unsur yang berada dalam suatu dimensi ruang dan
waktu yang terus berubah, karena adanya energi yang saling bereaksi satu sama
lain secara alami menuju keseimbangan. Manusia yang hidup di alam (bumi) ini
pun mempunyai energi. Jika seseorang tinggal di suatu tempat yang mempunyai
energi baik serta perpaduan unsur yang cocok maka orang itu akan mendapat
pengaruh yang baik, begitu pula sebaliknya. Hal demikian berlaku juga untuk
kuburan, tetapi yang mendapat pengaruh dari kuburan (orang yang dikubur) adalah
anak-anaknya karena mempunyai hubungan dan unsur genetik yang sama.[3]
Macam-macam
Feng Shui
Feng Shui
Kuburan
Dalam
kebudayaan Chinese, kuburan seseorang itu sangat penting, karena kuburan seseorang
dapat mempengaruhi keadaan keluarganya yang masih hidup. Kuburan harus dibuat
sebaik mungkin selain karena hal tersebut diatas juga adalah sebagai bukti
besarnya penghormatan kepada orang tua, selain itu kuburan orang tua juga
dianggap sebagai suatu tempat / sarana ikatan tali persaudaraan antara
sanak-cucu keluarga sehingga setiap tahun diperingati pada hari Chin Ming /
Ceng Beng ( ) dengan berkumpul dan sembahyang dikuburan leluhur. Dalam Feng
Shui kuburan hal-hal yang diperhatikan antara lain: Naga - Liang - Gundukan -
Air - Arah. Selain itu bentuk kuburan, batu nisan, waktu penguburan juga
diperhitungkan. Baik buruknya Feng Shui kuburan itu biasanya akan langsung
terlihat dalam tempo satu tahun berpengaruh pada keturunan laki-laki. Biasanya
orang pantang untuk merubah-rubah kuburan, jika kuburan itu sudah dianggap baik
atau minimal tidak buruk. Tetapi jika ada tanda-tanda atau pengaruh buruk
terasa, maka secepatnya kuburan akan diperiksa lagi (tentunya oleh ahli Feng
Shui) dan jika memungkinkan diperbaiki supaya pengaruh buruk tersebut hilang
atau bahkan berubah jadi baik.
Feng Shui
Rumah Tangga
Dewasa
ini Feng Shui rumah / bangunan kelihatan lebih menarik dan lebih umum diminati
orang. Mungkin karena Feng Shui rumah dirasakan lebih kuat pengaruhnya dalam
menunjang kehidupan seseorang sebab penerapannya memang lebih nyata dalam
mempengaruhi pola kehidupan. Membuat rencana tata letak / ruang yang baik dalam
Feng Shui rumah / bangunan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
pencahayaan, sirkulasi udara, keindahan, aspek keamanan, kebersihan,
kenyamanan, dan warna (masalah psikologi). Tentunya arah, bentuk dan lokasi
tanah serta rumah / bangunan itu haruslah baik dan sesuai fungsinya sebagai
langkah awal. Selain itu sehubungan dengan Feng Shui rumah juga dikenal
berbagai benda / bentuk tertentu yang sering digunakan sebagai atribut
pelengkap sebuah rumah seperti misalnya: kaca cermin cekung atau cembung, dll.
Benda-benda tersebut sebenarnya adalah atribut dari Tao yang mungkin sudah
jarang dipakai di rumah / bangunan modern dewasa ini, tetapi tidak jarang
bentuk-bentuk yang mewakili benda-benda tersebut tetap dipakai untuk maksud
mendatangkan kebaikan atau menolak hal-hal yang negatif.
Kemudian
yang menarik lagi yaitu penanggalan China, ini berkembang pesat dan diterima
dengan tak sadar oleh seluruh kalangan manusia.
Penanggalan China
Ada
tiga system penanggalan: matahari, bulan, dan matahari-bulan. Orang-orang China
biasanya menganggap penanggalan china kuno sebagai ‘penanggalan matahari’, juga
disebut sebagai penenggalan pertanian.
Kalender yang berdasarkan matahari
dan penanggalan China berdasarkan bulan :
- Shio tikus (Rat)
- Shio kerbau (Buffalo)
- Shio macan (Tiger)
- Shio kelinci (rabbit)
- Shio naga (Dragon)
- Shio ular (Snake)
- Shio kuda (Horse)
- Shio kambing (Goat)
- Shio monyet (Monkey)
- Shio babi (Pig)
- Shio ayam (Rooster)
- Shio anjing (Dog)
Sampai
sekarang masih dapat diterima dan berkembang luas penerimaannya.
Langganan:
Postingan (Atom)